Pemahaman dan Pemanfaatan Media Baru Memberikan Dampak Positif
Oleh
Angger Putranto
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Era 4.0 bukan hanya berdampak terhadap dunia industri, melainkan juga pada penggunaan media baru dalam lingkup akademis dan pelayanan publik. Pemahaman dan pemanfaatan media baru perlu terus dikembangkan agar dampak positifnya lebih banyak dirasakan oleh masyarakat.
Perkembangan teknologi mendorong munculnya media-media baru. Media bukan hanya berarti pers atau segala sesuatu yang berkaitan dengan berita. Media yang dimaksud ialah sarana penyampai pesan.
Masih banyak pihak belum memahami media-media baru yang muncul bersama dengan pertumbuhan teknologi tersebut. Dengan pemahaman yang cukup, pemanfaatan media baru itu diharapkan lebih maksimal.
Hal itu mengemuka dalam Konferensi Internasional Media Baru dan Ilmu Sosial yang digelar Universitas Muhammadiyah Sidoarjo di Banyuwangi, Jumat (7/12/2018). Hadir sebagai pembicara pada konferensi tersebut antara lain dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Ahmad Riyadh, dan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
”Saat ini masih banyak yang belum paham terkait dengan kemunculan, fungsi, manfaat, dan cara kerja media-media baru tersebut. Saat ini, teknologi yang berkembang dengan pesat memunculkan banyak media baru yang juga tumbuh lebih cepat,” ujar Riyadh.
Munculnya penyedia jasa transportasi daring, seperti Go-Jek, Grab, dan Uber, atau agen wisata daring, seperti Treveloka, Pegipegi, dan booking.com, merupakan bukti konkret lahirnya media baru dalam industri. Riyadh mengatakan, pertumbuhan dan kemunculan media baru dalam industri tersebut sudah mendapat batasan aturan dari pemerintah melalui Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Namun, ia menilai, penerapan Undang-Undang ITE belum banyak dipahami masyarakat. UU ITE selama ini banyak dipahami masyarakat sebagai aturan tentang unggahan di media sosial.
”Padahal, dalam ’ITE’ ada pembahasan soal transaksi elektronik. Seharusnya ada pemahaman tentang bagaimana pajak jual beli daring. Apakah ini sudah diatur? Padahal, di transaksi elektronik tersebut perputaran uang sangat tinggi,” ujarnya.
Riyadh mengatakan, potensi perputaran uang tersebut menunjukkan ada potensi ekonomi yang bisa dimanfaatkan. Media baru, lanjut Riyadh, tak hanya memberikan potensi ekonomi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan.
’Kalau kita bicara kesejahteraan, bukan hanya soal uang. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi membuktikan bisa meningkatkan kesejahteraan dengan pelayanan publik yang memanfaatkan media baru,” katanya.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas membenarkan penilaian itu. Sejak 2014 Pemerintah Kabupaten Banyuwangi gencar menggunakan media sosial sebagai layanan pelaporan warga.
Anas mengatakan, pihaknya juga memanfaatkan layanan pesan singkat Whatsapp sebagai media baru untuk berkoordinasi. Melalui perbincangan di aplikasi itu, berbagai tindakan untuk pelayanan publik dapat dibahas dan diputuskan secara cepat.
”Dalam kurun waktu empat jam sejak laporan kami terima, laporan itu harus segera ditindaklanjuti. Minimal camat sebagai perpanjangan tangan pemerintah daerah yang terdekat bisa menindaklanjuti. Jika tidak dilakukan, bisa saya copot,” ujarnya.
Pemanfaatan media baru juga dilakukan di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Pemanfaatan itu dilakukan untuk mendukung proses perkuliahan.
Wakil Rektor 1 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Akhtim Wahyuni mengatakan, perkembangan pesat media harus bisa memberikan manfaat yang juga besar. Secara konkret, ia mengatakan, perkuliahan daring yang sedang dikembangkan di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo membantu mahasiswa dalam memahami perkuliahan.
”Kami sedang mengupayakan 40 persen pembelajaran klasikal dan 60 persen pembelajaran daring. Kami masih perlu meningkatkan kemampuan dosen-dosen kami untuk mewujudkan program tersebut semester depan,” ujarnya.
Melalui Konferensi Internasional Media Baru dan Ilmu Sosial, lanjut Akhtim, ia berharap dosen-dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo semakin siap dalam mengaplikasikan program perkuliahan daring. Melalui konferensi tersebut, para dosen juga belajar mengenai penerapan kuliah daring dari dosen-dosen ilmu sosial dari sejumlah negara, antara lain Madagaskar, China, dan India.