TEMANGGUNG, KOMPAS - Balai Besar Rehabilitasi Penyandang Disabilitas Intelektual Kartini Temanggung, Jawa Tengah, bekerja sama dengan Java Temanggung Coffee, merancang kurikulum untuk edukasi kopi bagi para penyandang disabilitas. Edukasi kopi akan menjadi salah satu program pendidikan keterampilan di balai tersebut.
”Kami berharap anak-anak penyandang disabilitas intelektual juga bisa ikut terlibat dalam tren perkembangan sekarang, tren minum kopi yang sekarang sedang booming,” ujar Kepala Balai Besar Rehabilitasi Penyandang Disabilitas Intelektual (BBRSPDI) Kartini Temanggung, Murhardjani, Jumat (7/12/2018).
Edukasi kopi ini merupakan pengembangan program pelatihan barista yang sudah digelar BBRSPDI dan Java Temanggung Coffee sejak November. Java Temanggung Coffee, sebuah komunitas yang bergerak di bidang pengolahan kopi, intens memberikan kursus barista kepada masyarakat umum.
Murhardjani mengatakan sudah menerima dan mempelajari kurikulum pelatihan barista yang dipakai Java Temanggung Coffee untuk melatih orang normal. Nantinya akan ada beberapa perubahan yang dilakukan agar materi yang diberikan bisa lebih mudah diterima para penyandang disabilitas intelektual. ”Tahap awal, misalnya, sebelum materi mengenali dan meracik kopi, kami berharap ada materi lebih mendalam tentang alat-alat yang akan digunakan,” ujarnya.
Sebelumnya, pelatihan barista menjadi program uji coba untuk rencana pendidikan keterampilan edukasi kopi. Semula, Murhardjani sangsi program ini bisa diikuti oleh penyandang disabilitas intelektual karena proses meracik kopi tergolong rumit. Setiap sajian kopi membutuhkan takaran kopi dan ukuran suhu yang tepat.
Namun, keraguan perlahan hilang karena empat penyandang disabilitas intelektual mampu meracik kopi dengan benar. ”Tidak sekadar mengenali karakteristik setiap jenis kopi, mereka bahkan juga sudah bisa bertutur tentang karakteristik, fungsi alat yang dipakai, dan bagaimana menyesap kopi dengan benar,” ujarnya.
Ketua komunitas Java Temanggung Coffee, Rio Ricardo Sitanggang, mengatakan, ini adalah kurikulum tentang pendidikan kopi yang pertama kali dibuatnya bagi para penyandang disabilitas intelektual. Tujuannya membantu memberi tambahan keterampilan sebagai bekal bagi mereka untuk bekerja dan terjun di masyarakat luas. Untuk peserta program edukasi kopi ini, jelas Rio, pihaknya juga telah menggarap relasi, menyiapkan tempat bekerja pada sejumlah kedai kopi di Yogyakarta.(EGI)