Pelabuhan Tanjung Api-api Beroperasi Februari 2019
Oleh
Rhama Purna Jati
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Pelabuhan Tanjung Api-api di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, ditargetkan beroperasi pada Ferbruari 2019. Pelabuhan yang selesai dibangun tahun 2017 ini dinilai telah siap 80 persen dan akan dijadikan pelabuhan untuk kapal angkutan barang.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat berkunjung ke Palembang, Sabtu (8/12/2018), mengatakan, setelah melalui sejumlah uji coba, Pelabuhan Tanjung Api-api bisa dimanfaatkan sebagai pelabuhan barang untuk kapal berukuran 2.000 gros ton atau setara dengan kapal berpenumpang 500 orang.
Ide untuk menjadikan Pelabuhan Tanjung Api-api sebagai pelabuhan barang diusulkan oleh Pemerintah Provinsi Sumsel. Itu karena pelabuhan ini belum memadai untuk kapal angkutan penumpang. Saat ini, kata Budi, PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) sedang melakukan kajian untuk jenis barang apa yang bisa diangkut. ”Kajian membutuhkan waktu sekitar 1,5 bulan,” ujarnya.
Budi juga berencana untuk mengubah operatornya yang semula Pelindo bakal dialihkan ke Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP). Namun, pengalihan ini akan dilakukan secara bertahap karena ASDP masih ingin melakukan studi terlebih dahulu.
Sembari studi dijalankan, pelabuhan ini akan menjalani operasional. Budi menegaskan, Pelabuhan Tanjung Api-api ini bukan menggantikan pelabuhan yang sudah ada, melainkan untuk melengkapi pelabuhan yang sudah ada.
Kepala Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan Palembang Mugen S Sartoto mengatakan, uji coba sandar sudah dilakukan pada Kamis (6/12/2018). Uji coba ini digelar sebagai salah satu syarat untuk mengajukan izin operasional pelabuhan laut sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut.
Hasilnya pelabuhan ini dapat digunakan untuk kapal angkutan minyak dengan kapasitas 1.000 kiloliter minyak fame yang diangkut dari Dumai menuju ke Sumsel. Kapal dapat bersandar dengan baik.
Pelabuhan ini bisa mengakomodasi kapal berukuran 1.000 ton DWT, sementara untuk kapal berkapasitas lebih dari itu harus dilakukan pendalaman. ”Kalau permintaan pasar meningkat, bisa saja dilakukan pendalaman lebih lanjut,” ujarnya.
Selain uji coba sandar, kata Mugen, pihaknya juga akan melengkapi berita acara serah terima operasional. Mugen menargetkan awal Januari, pengerjaan dua hal ini dapat diselesaikan dan segera diajukan ke Dirjen Perhubungan Laut.
Apabila uji operasional sudah didapatkan, selanjutnya menentukan opsi pengoperasian pelabuhan apakah dioperasikan sendiri atau menggunakan dengan menerapkan mekanisme tarif pungutan penerimaan negara bukan pajak atau bekerja sama dengan badan usaha pelabuhan swasta atau BUMD. ”Kedua opsi itu masih mungkin terjadi,” ujarnya.
Saat ini PT ASDP sedang melakukan pengkajian terhadap pelabuhan ini. Bahkan, nantinya pelabuhan ini menjadi salah satu tujuan pengangkutan barang dari Tanjung Priok, Jakarta. Hal ini dilakukan karena Pelabuhan Merak-Bakauheni sudah mengalami kejenuhan. ”Namun, semua hal ini masih terus dikaji,” katanya.
Mugen menuturkan, saat ini pihaknya sedang melengkapi fasilitas pendukung pelabuhan, seperti kelistrikan dan air bersih. Sementara untuk navigasi di dalam laut sudah terpasang tinggal menambah rambu dan lampu suar.
Mengacu pada kapasitas yang dimiliki, kata Mugen, kapal yang bisa digunakan adalah kapal untuk pengangkutan komoditas yang bisa digunakan untuk barang curah cair dan kering, seperti pupuk, semen, dan sejumlah barang kebutuhan lainnya.
Gubernur Sumsel Herman Deru menerangkan, pihaknya menyambut baik rencana ini. Dia berharap dengan beroperasinya pelabuhan ini bisa mempercepat penyaluran logistik dari satu pulau ke pulau lain.