SOLO, KOMPAS — Potensi bencana banjir di Solo, Jawa Tengah, dinilai menurun. Hal ini menyusul rampungnya sejumlah proyek infrastruktur penanganan banjir. Meski demikian, Pemerintah Kota Solo tetap bersiaga menghadapi potensi banjir pada musim hujan ini.
”Antisipasi banjir sudah dilakukan, antara lain pengerukan sedimentasi sungai. Genangan air karena curah hujan tinggi juga diantisipasi dengan memperbaiki drainase sehingga aliran pembuangan air lebih lancar,” kata Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo di sela-sela peringatan Hari Sukarelawan Internasional di Solo, Minggu (9/12/2018).
Rudy mengatakan, sejumlah proyek penanganan banjir sudah dikerjakan pemerintah pusat dan Pemkot Solo, antara lain pembangunan bendung karet Tirtonadi di Kali Anyar, pembangunan tanggul parapet Sungai Bengawan Solo, pengerukan sedimentasi dan pembuatan talut Kali Pepe, serta perbaikan sistem drainase perkotaan.
”Potensi banjir pasti turun. Ada tujuh pompa di pintu air yang siap dioperasikan sewaktu-waktu. Jadi, saat mulai muncul genangan air dalam kota langsung bisa dipompa ke Bengawan Solo,” katanya.
Tujuh pompa air itu antara lain di pintu air Joyontakan, Pucangsawit, dan Demangan. Pompa seluruhnya telah diuji coba untuk memastikan berfungsi dengan baik. Meskipun potensi banjir diyakini turun, menurut Rudy, kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana pada musim hujan tetap dilakukan semua unsur, termasuk sukarelawan.
Kepala Seksi Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo Sumarno mengatakan, potensi banjir kiriman dari wilayah Kabupaten Klaten dan Boyolali, Jawa Tengah, harus diwaspadai. Kali Pepe dan Kali Anyar di Solo berpotensi meluap jika ada ada banjir kiriman dan Boyolali. Berdasarkan data BPBD Solo, ada 15 kelurahan yang rawan banjir di Solo. ”BPBD sudah mengaktifkan posko bencana. Seluruh perlengkapan juga sudah siap, misalnya truk, perahu karet, dan logistik,” ujarnya.
Sekretaris Forum Sukarelawan Solo Slamet Mulyadi mengatakan, ada 32 komunitas sukarelawan di Solo yang sewaktu-waktu dapat dikerahkan untuk membantu penangggulangan bencana. Setiap komunitas tersebut memiliki jumlah anggota dan kemampuan beragam sehingga bisa saling mendukung.