Angka Pertumbuhan Solo Lebih Tinggi Dibandingkan Nasional
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·2 menit baca
SOLO, KOMPAS — Pertumbuhan ekonomi di wilayah eks-Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah, 2018 diperkirakan 5,3 persen-5,7 persen. Pertumbuhan ekonomi itu mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional.
”Berdasarkan asesmen yang kami lakukan, diproyeksikan pertumbuhan ekonomi wilayah Solo Raya (eks-Karesidenan Surakarta) akan mengalami peningkatan dan berada pada kisaran 5,3 persen-5,7 persen. Ini sejalan dengan kinerja ekonomi nasional dan Provinsi Jawa Tengah,” ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo Bandoe Widiarto dalam Pertemuan Tahunan BI 2018 di Solo, Jawa Tengah, Rabu (12/12/2018).
Bandoe mengatakan, pertumbuhan ekonomi Solo Raya 2018 diproyeksikan lebih tinggi dari 2017. Tahun lalu pertumbuhan ekonomi Solo Raya tercatat 5,45 persen. Pertumbuhan ekonomi itu didorong empat sektor utama, yaitu industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, pertanian, dan konstruksi. ”Dari keempat sektor tersebut, sektor pertanian dan konstruksi tercatat mengalami perlambatan,” ujarnya.
Menurut Bandoe, pertumbuhan ekonomi Solo Raya masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah ataupun nasional. Pertumbuhan ekonomi nasional 2018 diproyeksi 5,1 persen. Adapun pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah sampai dengan triwulan III-2018 mencapai 5,38 persen. Perekonomian Jawa Tengah pada 2019 diproyeksikan mampu tumbuh lebih tinggi, yaitu pada kisaran 5,3 persen-5,7 persen. ”Kami memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Solo Raya pada 2019 juga masih cukup solid ditopang keempat sektor utamanya, yaitu industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, pertanian, dan konstruksi,” katanya.
Bandoe mengatakan, inflasi sepanjang tahun 2018 dapat dijaga tetap rendah sehingga mendukung peningkatan daya beli masyarakat. Tingkat inflasi Solo per November 2018 tercatat 2,99 persen (year on year). Tingkat inflasi ini lebih rendah dari inflasi Jawa Tengah yang tercatat hingga November 2018 sebesar 3,10% persen (YOY). Komoditas yang paling sering muncul sebagai penyumbang inflasi terbesar antara lain telur ayam ras, tarif angkutan udara, dan bahan bakar minyak. ”Secara tahunan, inflasi Solo masih relatif terkendali dan berada di bawah capaian Jawa Tengah ataupun nasional,” katanya.
Pejabat Sekretaris Daerah Solo Untoro mengatakan, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Solo terus berupaya menjaga agar inflasi tetap rendah. Salah satu upaya itu yakni membuka kios TPID di pasar-pasar tradisional di Solo. Kios yang menyediakan bahan-bahan kebutuhan pokok, seperti beras dan minyak goreng, ini berperan menjaga stabilitas harga.