Saat Dana Desa Lebih Produktif
Di Desa Pasar Lama, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, dana desa mulai digunakan untuk usaha produktif. Dibentuk badan usaha milik desa yang memasarkan sejumlah barang yang dibutuhkan warga.
Hamparan keramba jala apung hampir memenuhi badan Sungai Martapura yang melintasi Desa Pasar Lama. Rabu (28/11/2018) siang, Pahrurrazi (42) bersama beberapa pembudidaya hilir mudik mengontrol ikan-ikan dalam keramba. Debit air sungai itu juga belum mencapai batas normal, padahal sudah hujan.
Budidaya ikan di keramba jala apung dilakukan Pahrurrazi sejak 2009. Dari awalnya hanya empat keramba, kini ia memiliki 18 unit untuk budidaya ikan nila. Usahanya tergolong sukses sehingga terus berkembang. ”Dalam dua tahun terakhir ini, kami sangat terbantu dalam budidaya ikan. Untuk pakan ikan, kami tidak perlu lagi jauh-jauh membelinya ke Martapura karena pakan kini tersedia di kios pakan yang dikelola BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) Harapan Masa,” tuturnya.
Desa Pasar Lama berjarak sekitar 10 kilometer dari Kota Martapura, ibu kota Kabupaten Banjar. BUMDes Harapan Masa di desa itu dibentuk pada 12 Januari 2016 menggunakan dana desa. Saat ini BUMDes memiliki 16 unit usaha. Salah satunya adalah unit usaha penjualan dan penggilingan pakan ikan.
Menurut Pahrurrazi, biaya pakan dalam budidaya ikan cukup besar dari total ongkos produksi. Jika satu keramba menghasilkan Rp 3 juta, maka 65 persen dari hasil tersebut adalah biaya pakan. Dalam sebulan, kebutuhan pakan untuk 18 keramba jala apung miliknya mencapai 100 zak. Harga pakan sekitar Rp 300.000 per sak. Di kios BUMDes, pembelian pakan tidak harus tunai. ”Kami bisa mengambil pakan dulu. Pembayarannya baru dilakukan setelah panen. Ini sangat membantu kami,” ungkapnya.
Nurhayati (43), pembudidaya lainnya, mengatakan, budidaya ikan nila dan lele yang digelutinya tiga tahun terakhir sangat terbantu dengan adanya BUMDes di Pasar Lama. ”Dua tahun ini, saya selalu membeli pakan di kios BUMDes. Setiap bulan, rata-rata membeli 10 zak. Harganya sama saja dengan harga di pasar. Kalau belum ada uang, bisa berutang dulu,” katanya.
Unit usaha
Sekretaris BUMDes Harapan Masa Pasar Lama Julia Syabani mengatakan, unit usaha penjualan dan penggilingan pakan ikan dibentuk ketika BUMDes berdiri pada awal 2016. Tujuannya untuk membantu pembudidaya di Desa Pasar Lama dan desa-desa sekitarnya.
”Sebagian warga Desa Pasar Lama menggeluti usaha perikanan, yaitu pembibitan ikan di tambak dan pembesaran ikan di keramba jala apung. Potensi usaha perikanan cukup besar. Maka, unit usaha BUMDes dibentuk guna mendukung potensi itu,” katanya.
Sebelumnya, sebagian pembudidaya ikan kerap kesulitan modal untuk pakan. Itu membuat usaha mereka sulit berkembang. BUMDes hadir untuk memberikan kemudahan dalam mendapatkan pakan.
”Di kios BUMDes, pembudidaya bisa mengambil pakan sesuai kebutuhan usahanya. Mereka boleh berutang. Setelah panen dan jual benih ataupun ikan, baru bayar. Tidak ada perbedaan harga pakan yang dibayar tunai maupun utang,” jelas Julia.
Saat ini, menurut Julia, ada 90 petani ikan yang rutin membeli ataupun mengambil pakan ikan di kios BUMDes. ”Mereka tidak hanya berasal dari Desa Pasar Lama, tetapi juga dari desa-desa di sekitar Pasar Lama,” ujar Julia.
Pemberdayaan
Ketua BUMDes Harapan Masa Pasar Lama Heri Kusnadi mengatakan, BUMDes didirikan untuk mewujudkan Pasar Lama sebagai sentra ekonomi, perdagangan, jasa, serta industri kerakyatan yang kuat dan mandiri. Untuk itu, dibentuk berbagai unit usaha. ”Pembentukan unit usaha itu dilakukan berdasarkan hasil musyawarah desa,” ujarnya.
BUMDes Harapan Masa memiliki 16 unit usaha, yaitu depot air minum, penjualan dan penggilingan pakan, toko pakaian, usaha menjahit, kerajinan manik, bengkel las, percetakan dan sablon, cuci kendaraan dan karpet, pangkas rambut, toko pertanian, BRILink dan penjualan pulsa, gerai produk
BUMDes, penggemukan sapi, makanan olahan ikan, makanan olahan keripik, dan rental mobil.
”Sebagian besar kepala unit usaha BUMDes Harapan Masa adalah perempuan. Itu sebagai bentuk pemberdayaan perempuan. Sampai saat ini, kami memang masih fokus pada pemberdayaan masyarakat,” kata Heri.
Menurut Heri, sesuai pola cetak biru pengembangan BUMDes Harapan Masa, periode 2016- 2019 fokusnya pada pemberdayaan masyarakat. Sebagian besar usaha yang dikembangkan adalah bisnis sosial yang menciptakan banyak peluang kerja.
”Saat ini, kami lebih mengutamakan benefit (manfaat) daripada profit (keuntungan). Kami ingin banyak warga merasakan manfaat atas kehadiran BUMDes. Untuk periode selanjutnya, baru kami akan mengejar profit,” ujarnya.
Karena masih mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan pembukaan lapangan kerja, lanjut Heri, pendapatan BUMDes Harapan Masa masih terbilang sangat kecil. ”Pendapatan bersih BUMDes dari semua unit usahanya berkisar Rp 5 juta- Rp 6 juta per bulan,” ungkapnya.
Kepala Desa Pasar Lama Ahmad Rijali Nasution mengatakan, desa itu termasuk kategori wilayah berkembang. Karena itu, untuk memajukan desa, sebagian dana desa mulai tahun anggaran 2016 dialokasikan untuk pengembangan BUMDes di Pasar Lama. ”Pengalokasian itu berdasarkan kesepakatan warga dalam musyawarah desa,” ujarnya.
Setiap tahun, menurut Rijali, dana desa yang dialokasikan untuk pengembangan BUMDes di Pasar Lama terus meningkat. Dari awalnya Rp 100 juta (2016), naik menjadi Rp 200 juta pada 2017, kemudian naik lagi menjadi Rp 250 juta pada 2018.