Harga Anjlok, Petani Kopra Mendesak Pemerintah Cari Solusi
Oleh
Fransiskus Pati Herin
·2 menit baca
AMBON, KOMPAS — Harga kopra di Maluku dalam enam bulan terakhir terjun bebas dari Rp 11.000 per kilogram menjadi Rp 3.000 per kilogram. Petani kopra menjerit meminta solusi dari pemerintah. Sementara pemerintah daerah mengaku tak berdaya menghadapi mekanisme pasar tersebut. Desakan kebutuhan hidup memaksa petani menjual kopra dengan harga sangat murah.
Sejumlah petani kelapa di pesisir selatan Pulau Seram, tepatnya Kecamatan Telutih, Kabupaten Maluku Tengah, yang ditemui awal Desember lalu, mendesak pemerintah agar mencari solusi. Daerah tersebut merupakan penghasil kopra di Maluku.
Dalam satu tahun, produksi kelapa di sana sebanyak 30.000 ton. ”Kalau harga masih seperti ini, anak saya yang kuliah kesehatan di Ambon mungkin akan drop out,” kata Aleka, warga Desa Hatu.
Harga jual kopra tidak sebanding dengan biaya dan tenaga yang dikeluarkan, mulai dari memetik kelapa, membelah kelapa, mencungkil daging kelapa, sampai menjemur atau mengasapi. Proses pengolahan sekitar 100 kilogram kopra membutuhkan waktu hampir satu minggu. Artinya, dalam satu minggu mereka hanya mendapatkan Rp 300.000.
Sementara itu, sejumlah pengepul kopra di Ambon mengatakan, turunnya harga disebabkan rendahnya permintaan dari Pulau Jawa, terutama industri yang menggunakan kelapa sebagai bahan baku sabun atau sampo. Untuk minyak goreng, industri lebih banyak menggunakan kelapa sawit.
Hingga kini, masalah harga kopra masih menggantung. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Maluku Elvis Pattiselano mengatakan, pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa termasuk mendesak pembeli menaikkan harga. Anjloknya harga kopra kian menambah derita petani di Maluku yang selama ini sudah tertekan akibat melorotnya harga pala dan cengkeh.