PALU, KOMPAS — Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia Seto Mulyadi atau Kak Seto menyatakan, anak-anak penyintas gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi di Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Donggala (Pasigala), Sulawesi Tengah, sangat perkasa di tengah kondisi bencana. Anak-anak tidak terlarut dalam kesedihan mendalam.
”Di tengah bencana, anak-anak Pasigala tetap tersenyum, tetap riang. Kita semua harus belajar dari anak-anak Pasigala,” kata Kak Seto dari panggung di hadapan 1.000 anak dalam acara ”One Day For Children”, di Palu, Kamis (13/12/2018).
Acara tersebut diselenggarakan Kementerian Sosial bersama berbagai lembaga swadaya masyarakat yang mendampingi anak-anak di tenda pengungsian di Pasigala pascagempa bumi pada 28 September 2018. Lembaga-lembaga tersebut antara lain Wahana Visi Indonesia dan Plan Indonesia.
Anak-anak yang hadir dalam acara tersebut berasal dari sejumlah posko pengungsian, panti asuhan, dan sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga menengah atas. Mereka duduk di dalam tenda di Lapangan Vatulemo, salah satu ruang publik terbesar di jantung Kota Palu.
Menurut Kak Seto, ekspresi wajah anak-anak menunjukkan ketegaran dan keperkasaan mereka di tengah badai bencana. Anak-anak tersenyum lepas. Senyum bagi anak-anak merupakan salah satu ekspresi yang tidak dibuat-buat. Indikator lainya, anak-anak cepat menjawab saat ditanya dalam kuis.
”Saya empat kali datang ke Pasigala bertemu anak-anak di dalam tenda-tenda pengungsian. Mereka menunjukkan keperkasaan itu,” kata Kak Seto.
Kak Seto menilai cepatnya anak-anak pulih salah satunya dipengaruhi budaya. Sulawesi Tengah memiliki budaya yang berkarakter heroisme dan penuh semangat. Ini terwujud, misalnya, dalam bentuk tarian yang gerakannya penuh semangat.
Dengan kondisi yang telah pulih itu, Kak Seto berharap semua elemen tetap menjaga suasana ramah untuk tumbuh dan kembang anak. Ia mengajak agar anak-anak tetap kembali ke dunia mereka, yaitu dunia bermain. ”Sekolah harus diwarnai banyak permainan. Para guru tidak boleh terlalu kaku. Sekolah harus ramai dengan nyanyian, bermain bola, dan lainnya yang intinya membangkitkan keceriaan anak-anak,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Kak Seto bernyanyi, bermain kuis, dan menunjukkan kebolehan bersulap. Anak-anak turut bernyanyi, menjawab kuis dengan baik, dan bertepuk tangan menyaksikan pertunjukan sulap dari Kak Seto. Sulap itu antara lain berupa mengubah warna bunga setelah ditutup kain dan menghilangkan sapu tangan di salah satu genggaman tangan.
Rahman (11), salah satu peserta kegiatan, menyatakan senang dengan sulap yang diperagakan Kak Seto. ”Saya sangat terhibur,” ujar penghuni panti asuhan di Desa Pombewe, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, itu.