BANYUWANGI, KOMPAS - Kejayaan industri kopi diperkirakan masih berlangsung lama karena minat konsumsi komoditas itu, terutama di perkotaan, terus meningkat. Selain itu, minuman kopi yang disajikan juga semakin bervariasi.
Praktisi kopi Setiawan Subekti di Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (12/12/2018), mencontohkan, China dan Rusia termasuk negara yang mulai mengalami peningkatan konsumsi.
”Ada kecenderungan pergeseran minat masyarakat China dari penikmat teh menjadi penikmat kopi. Demkian halnya dengan masyarakat Rusia yang juga mulai gemar mengonsumsi kopi,” kata pemilik Kopai Osing itu.
Perubahan tren lebih dahulu terjadi di Jepang. Pada awal tahun 2000-an terjadi pergeseran minat masyarakat Jepang dari teh ke kopi. Kondisi ini, kata Setiawan, otomatis berdampak pada konsumsi kopi dunia. Apabila terjadi peningkatan konsumsi kopi, hal ini menjadi peluang bagi para pemain, termasuk petani kopi.
”Pekebun kopi harus memanfaatkan kondisi ini sebagai momentum untuk meningkatkan produksi. Dengan peluang pasar terbuka lebar, pekebun seharusnya diuntungkan juga,” ujar Setiawan.
Dia mencontohkan, China memiliki jumlah penduduk sekitar 1,4 miliar. Jika 5 persen saja penikmat kopi dan setiap orang minimal mengonsumsi 10 gram kopi per hari, maka dibutuhkan 700 ton per hari.
Jumlah ini setara dengan produksi 1.000 hektar kebun kopi di Indonesia. Berdasarkan data Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, produktivitas kopi di Indonesia sekitar 700 kg per hektar per tahun. Adapun luas areal lahan kopi di Indonesia 1,2 juta ha.
Peningkatan konsumsi kopi dirasakan oleh Hariono Ha’o, pekebun kopi di Lerek Gombengsari, Banyuwangi. Ia mengaku permintaan kopi dalam lima tahun terakhir meningkat.
”Sebelummya, saat kopi belum setenar sekarang, produksi kami per bulan hanya sekitar 500 kg, itu pun hanya untuk konsumsi pribadi dan dijual untuk masyarakat lokal Banyuwangi. Kini kami dituntut untuk memproduksi kopi minimal 1,5 kuintal (150 kilogram) per bulan,” jelas Hariono yang memiliki lahan kopi 3 hektar.
Dia optimistis, kondisi pasar kopi akan terus meningkat. Peningkatan itu menunjukkan penambahan konsumsi. Itu bukan hanya di luar negeri, tetapi juga di dalam negeri.
Para pekebun dituntut konsisten menghasilkan kopi dengan kualitas yang baik dan volume yang terjaga. ”Kalau kami hanya mengandalkan jumlah yang banyak tanpa menjaga kualitas, ini justru berdampak pada pasar. Kami justru akan ditinggalkan kalau tidak menjaga kualitas produksi kami,” ujarnya. (GER)