WATES, KOMPAS - Maraknya sampah plastik di laut terus menambah korban. Kali ini seekor penyu ditemukan mati dengan perut terisi sampah plastik. Pembasmian sampah plastik perlu lebih serius.
Dampak buruk sampah plastik terhadap ekosistem laut di Indonesia kian nyata. Pada Minggu (9/12/2018), seekor penyu ditemukan mati terdampar di sekitar Pantai Congot, Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta. Dari dalam perut penyu ditemukan benda yang diduga sampah plastik.
Penyu itu ditemukan sejumlah warga yang hendak memancing di sekitar Pantai Congot, Desa Jangkaran, Kecamatan Temon, Kulon Progo. Dari Wates, ibu kota Kulon Progo, pantai itu berjarak sekitar 15 kilometer.
”Penyu itu kami temukan pada Minggu sekitar pukul 08.00. Waktu itu, saya dan beberapa teman mau memancing di sekitar Pantai Congot,” kata Rohmad Suranto (28), warga yang menemukan penyu itu, Rabu (12/12/2018), di Kulon Progo.
Sukarelawan Wild Water Indonesia (WWI) Kulon Progo, Hary Hermanto, mengatakan, saat ditemukan, tubuh penyu itu mulai membusuk dan ada luka sobek di bagian perut sehingga sebagian isi perutnya keluar. ”Perut penyu itu sobek di bagian atas kaki dan kelihatan ada sampah plastik yang keluar,” kata Hary yang ikut memeriksa penyu tersebut.
Sehari setelah ditemukan, penyu itu lalu dikubur tak jauh dari tempat penemuan. Namun, foto dan video rekaman penemuan penyu itu menyebar luas di media sosial sehingga menarik perhatian pengguna internet.
Selidiki
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Yogyakarta Junita Parjanti mengatakan, pihaknya akan menyelidiki temuan penyu yang terdampar di sekitar Pantai Congot itu. Hal ini untuk memastikan apakah benar ada sampah plastik di dalam perut penyu.
”Memang informasinya terdapat sampah plastik di perut penyu itu, tetapi ini akan kami selidiki dulu,” katanya.
Koordinator Komunitas Reispirasi Deny Widyanto mengatakan, jika dilihat dari kondisi fisiknya, penyu yang terdampar di sekitar Pantai Congot itu diduga merupakan penyu lekang (Lepidochelys olivacea).
Dia menambahkan, selama ini Pantai Congot tidak dikenal sebagai tempat pendaratan penyu untuk bertelur. Oleh karena itu, penyu tersebut kemungkinan terdampar di sekitar Pantai Congot karena terbawa ombak.
”Kalau lihat kondisinya yang sudah agak hancur, kemungkinan penyu itu sudah mati beberapa hari sebelumnya di laut, baru tersapu ombak ke Pantai Congot,” ungkap Deny yang aktif dalam aktivitas pelestarian penyu di DI Yogyakarta.
Dianggap ubur-ubur
Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (UGM), Slamet Raharjo, mengatakan, sejumlah hewan laut, seperti penyu, paus, anjing laut, dan lumba-lumba, kerap keliru menganggap sampah plastik di laut sebagai ubur-ubur.
Padahal, ubur-ubur merupakan salah satu jenis makanan hewan-hewan laut itu. Akibatnya, beberapa jenis hewan laut tersebut memakan sampah plastik yang ada.
”Kekeliruan memangsa plastik ini biasanya disadari oleh hewan laut tersebut, kemudian plastik dimuntahkan lagi sebelum masuk ke lambung. Namun, tidak sedikit hewan laut yang terlambat menyadari sehingga plastik itu kemudian tertelan ke lambung,” kata Slamet.
Dia menambahkan, jika jumlahnya sedikit, sampah plastik bisa keluar bersama kotoran. Namun, jika jumlahnya cukup banyak, sampah plastik yang menggumpal bisa menyumbat lubang lambung yang menuju ke usus atau langsung menyumbat usus.
Akibatnya, proses pencernaan di tubuh hewan laut akan terhenti sehingga hewan itu akan muntah setiap kali makan. Dengan begitu, tidak ada makanan yang bisa diserap usus hewan laut tersebut.
”Kondisi itu membuat tidak ada energi yang masuk sehingga penyu dan satwa laut lain yang menelan plastik lama-lama kurus, lemah, dan berakhir dengan kematian,” ujar Slamet. (HRS)