Pemimpin Inovatif Dibutuhkan di Era Serba Tak Terduga
Oleh
·2 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Era disrupsi kerap diasosiasikan dengan terjadinya berbagai perubahan yang terjadi sangat cepat dalam segala bidang kehidupan. Para pemimpin inovatif yang kaya akan terobosan dibutuhkan agar mampu bertahan di era yang serba tak terduga ini.
Hal itu disampaikan Handry Satriago, Chief Executive Officer (CEO) General Electric Indonesia, dalam kuliah umum yang digelar Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) serta Program Studi Master dan Doktor Studi Kebijakan Universitas Gadjah Mada, di Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (14/12/2018).
”Ketika orang bicara tentang disruptive era, mereka sedang membahas mengenai sebuah era yang sangat sulit diprediksi. Kita semua harus siap menghadapi perubahan yang terjadi sangat cepat,” kata Handry.
Ia menyebutkan, dalam dunia bisnis, era kini ditandai dengan berkembangnya perusahaan-perusahaan berbasis teknologi informasi. Model bisnis lama yang terkesan menunggu dan mengamati pasar sudah tidak relevan.
”Kita tidak bisa menggunakan strategi wait and see. Jika terlalu lama menunggu, kita tidak akan siap untuk melihat dan menghadapi perubahan selanjutnya. Perubahan terus berlanjut dan terjadi sangat cepat,” tuturnya.
Dalam dunia bisnis, era kini ditandai dengan berkembangnya perusahaan berbasis teknologi informasi. Model bisnis lama yang terkesan menunggu dan mengamati pasar sudah tidak relevan.
Handry menyatakan, berdasarkan situasi itu, para pemimpin bisnis harus mempunyai daya inovasi yang tinggi. Hal tersebut mendorong seorang pemimpin untuk mempunyai terobosan-terobosan baru sehingga bisa bertahan di tengah badai perubahan yang menggerus sektor bisnis lama.
”Pemimpin punya ide. Pemimpin itu percaya diri dengan apa yang dilakukannya. Kita harus mau memberikan feedback kepada pemimpin atau bos kita. Kita harus berani untuk berpikir berbeda,” ujar Handry.
Ia menambahkan, masih banyak pekerja ataupun pengusaha yang kurang inovatif. Mereka tidak berusaha mencari ide-ide baru sehingga yang terjadi adalah seragamnya jenis barang yang diproduksi oleh negara ini.
”Jika seragam, competitiveness atau daya saing kita akan berkurang. Kita harus menjadi berbeda dan mulai terus bertanya kepada diri sendiri, apa yang harus terus dikembangkan agar berdaya saing tinggi,” kata Handry.
Dekan Sekolah Pascasarjana UGM Siti Malkhamah tak memungkiri, orang terus bergelut dengan berbagai perubahan itu dalam era disrupsi. Langkah strategis harus disiapkan agar bisa memprediksi perubahan apa yang akan terjadi setiap waktu.
”Ada berbagai hal yang akan kita hadapi dan ada langkah strategis yang harus kita lakukan. Kita harus bisa memprediksi sehingga bisa siap menghadapi perubahan. Jangan melakukan sesuatu secara reaktif saja,” kata Siti.
Ia menyatakan, perguruan tinggi memiliki peranan penting untuk menyiapkan lulusan-lulusan yang mempunyai daya inovasi tinggi. Hal itu dilakukan dengan memberikan pelatihan dan mendatangkan tokoh nasional sesuai kepakarannya untuk memotivasi mahasiswa agar terus mengembangkan diri dan kaya pemikiran inovatif.