Cobalah bertanya kepada generasi ”zaman now”, apa yang mereka tahu terkait tanggal 12 Desember. Kemungkinan besar jawabannya adalah Harbolnas alias Hari Belanja Online Nasional. Kini tidak banyak yang tahu bahwa 12 Desember merupakan tonggak sejarah transmigrasi.
Istilah itu pertama kali dikemukakan Presiden Soekarno pada tahun 1927 dalam tulisannya di harian Soeloeh Indonesia. Pentingnya transmigrasi untuk mendukung pembangunan dan industrialisasi di luar Jawa ditekankan Wakil Presiden Mohammad Hatta dalam Konferensi Ekonomi di Yogyakarta tahun 1946. Pemerintah kemudian memindahkan 23 keluarga (77 jiwa) dari Jawa Tengah ke Lampung, 12 Desember 1950. Momentum itu diperingati sebagai Hari Bhakti Transmigrasi.
Kisah pilu dialami kelompok Wayang Orang Wiromo Budoyo yang berdiri di Yogyakarta sejak 1970. Kelompok ini bubar karena anggotanya ikut bertransmigrasi ke Sumatera Selatan pada 1985. Gamelan pinjaman dari Pemerintah Kota Yogyakarta tidak boleh dibawa karena tidak semua anggota kelompok ini ikut bertransmigrasi. Hanya 11 keluarga yang ikut, sementara untuk bisa pentas dibutuhkan minimal 17 keluarga.
Salah satu yang selalu dikenang adalah peristiwa 11 Maret 1974. Bus yang ditumpangi 67 transmigran asal Boyolali, Jawa Tengah, yang sedang menuju Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) Rumbiya, Sumatera Selatan, terguling ke Sungai Sewo di Desa Sukra, Indramayu, Jawa Barat. Tiga orang selamat. Untuk mengenangnya, dibangun monumen Makam Pionir Pembangunan Transmigrasi di Desa Sukra.
Prestasi terbesar dicapai selama Pelita III (1979-1984). Pemerintah berhasil memindahkan lebih dari setengah juta keluarga dari tempat asal dan membuka daerah baru di pulau-pulau Indonesia lain yang masih jarang penduduknya. Daerah tujuan transmigrasi dari Pulau Jawa dan Bali meliputi Pulau Sumatera hingga Papua, termasuk Timor Timur (sekarang negara Timor Leste). Transmigran pertama masuk ke Timor Timur pada 1982, berasal dari Bali dan mendiami lokasi permukiman baru di Tunubini, Kabupaten Bobonaro.
Program transmigrasi menghasilkan 3.055 desa baru, di antaranya 1.183 menjadi desa definitif. Sebanyak 385 permukiman transmigrasi menjadi ibu kota kecamatan dan 104 ibu kota kabupaten/kota. Dua ibu kota provinsi baru lahir dari daerah transmigrasi, yakni Mamuju (ibu kota Sulawesi Barat) dan Bulungan (ibu kota Kalimantan Utara).
Di daerah-daerah tersebut, tidak sulit menemukan nama-nama desa atau kecamatan yang identik dengan daerah di Jawa. Nama itu antara lain Sukamulya, Banyurejo, Banyumas, Wonomulyo, Mulyorejo, Pringsewu, Sukoharjo, Adiluwih, dan Srirahayu.