Petani Keluhkan Limbah Sawit kepada Menteri Pertanian
Oleh
Jumarto Yulianus
·2 menit baca
MARTAPURA, KOMPAS — Petani di Desa Tajau Landung, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, mengeluhkan pencemaran limbah kelapa sawit yang dibuang ke sungai di sekitar lahan pertanian mereka. Hal itu membuat lahan menjadi kurang subur.
Keluhan itu disampaikan langsung oleh petani kepada Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Menteri melakukan kunjungan kerja di Kalsel pada Selasa (18/12/2018). Amran meninjau proyek percontohan pengembangan padi rawa pasang surut (rawa lebak) melalui program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) seluas 200 hektar di Desa Tajau Landung.
Ketika memberikan pengarahan kepada petani dan jajaran pemerintah daerah, Amran mengundang beberapa petani untuk maju. Pada kesempatan berdialog dengan Menteri Pertanian, petani bernama Sofian (60) langsung menyampaikan keluhan.
”Kami mengeluhkan adanya perusahaan sawit di sekitar sini yang membuang limbah ke sungai. Kalau sudah masuk Juni sampai dengan September (musim kemarau), air sungai pasti asam. Itu membuat tanaman padi kami menjadi kurang subur,” ungkap Sofian, yang juga Ketua Kelompok Tani Suka Jadi Desa Tajau Landung.
Menurut Sofian, kondisi itu terjadi dalam tiga tahun terakhir. Sebelumnya, air sungai di dekat lahan pertanian mereka yang merupakan anak Sungai Martapura itu tidak pernah asam. Petani setempat memanfaatkan air sungai tersebut untuk mengairi sawah. ”Saya ini petani kecil dan tidak tahu harus melapor ke mana,” ucapnya.
Mendengar keluhan tersebut, Amran langsung bertanya, ”Siapa yang punya pabrik (perusahaan) itu?” Sofian menjawab, ”Saya tidak tahu nama perusahaannya. Yang pasti, sungai di sini dulu tidak asam, sekarang menjadi asam.”
Amran kemudian berpaling kepada jajaran pejabat daerah yang hadir sambil berkata, ”Pak Kapolres (Kepala Kepolisian Resor), ada yang melakukan pelanggaran. Itu sama dengan membunuh mata pencarian petani. Pak Kapolres, tolong selesaikan secara baik. Kalau dia tidak mau, laporkan kepada Kapolda. Kalau tidak mau juga, laporkan kepada saya, biar saya laporkan kepada Kapolri.”
Pada kesempatan itu, Sofian juga mengeluhkan soal kesulitan petani di Tajau Landung untuk mendapatkan bantuan pupuk. ”Selama tiga tahun menjadi ketua kelompok tani, kebutuhan pupuk kami tidak pernah terpenuhi. Tahun lalu, kami minta bantuan pupuk sebanyak 12 ton, tapi cuma diberi 3 ton. Itu membuat petani menangis,” tuturnya.
Amran kemudian meminta Direktur Pupuk dan Pestisida Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian untuk memastikan bantuan pupuk sampai kepada petani yang membutuhkan. Permintaan itu juga ditujukan kepada Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Kalsel dan Kabupaten Banjar.
”Tolong persoalan semacam ini segera diselesaikan,” ujar Amran.