UNAAHA, KOMPAS - PLN Unit Induk Pembangunan Sulbagsel menggenjot proyek interkoneksi Sulawesi Selatan-Sulawesi Tenggara. Proyek ini akan menyatukan sistem kelistrikan Sulsel, Sulbar, Sultra, dan Sulteng dengan kapasitas 2.000 megawatt.
Untuk interkoneksi ini, jumlah menara jaringan transmisi 150 KV yang dibangun mulai Wotu, Luwu Timur (Sulsel) hingga Kendari (Sultra) sebanyak 1.266 menara. Sejauh ini ada 6 menara yang belum rampung. Adapun penarikan kabel konduktor mencapai 80 persen.
”Sampai saat ini masih ada beberapa titik yang menara jaringan transmisinya belum dibangun karena bermasalah, baik dengan lahan milik warga maupun pemerintah. Begitu pula untuk penarikan kabel belum menemukan titik temu dalam kompensasi lahan.
Itu sedang kami usahakan selesai,” kata Manajer Unit Pelaksana Proyek Pembangkit Jaringan Sultra Fahrul Marzuki di Unaaha, Konawe, Selasa (18/12/2018).
Menara jaringan transmisi yang dibangun dari Wotu, Sulsel, melintasi beberapa kabupaten di Sultra, di antaranya Kolaka, Kolaka Utara, Konawe, hingga Kendari. Proyek ini dibuat dalam beberapa seksi, yakni Wotu-Malili, Malili-Lasusua, Lasusua-Kolaka, Kolaka-Unaha, dan Unaha-Kendari.
Menara dibangun di antaranya di lahan milik warga berupa perkebunan, sawah, hingga sebagian melintasi hutan. Untuk penarikan kabel, lahan milik warga yang berada di bawahnya harus diberi kompensasi. Nilai kompensasi bergantung pada tanaman apa yang ada di bawahnya.
Persoalan yang dihadapi PLN di antaranya kepemilikan ganda. Ada pula lahan yang pemiliknya baru menanami tanaman saat mengetahui proyek ini dikerjakan dan meminta kompensasi yang tak wajar. Sedianya proyek yang dimulai tahun 2011 ini rampung tahun lalu, tetapi kendala lahan membuat proyek ini belum rampung.
Padahal, proyek interkoneksi ini sangat dibutuhkan bukan hanya untuk listrik rumah tangga, melainkan juga untuk industri dan pembangunan smelter. Saat ini sejumlah perusahaan pemegang izin usaha tambang sedang merampungkan proyek smelter dan berharap pasokan listrik PLN.
Salah satunya adalah PT Ceria Nugraha Indotama. Perusahaan tambang nikel ini sedang membangun smelter dengan empat tungku. Kebutuhan listrik mencapai 350 MW. ”Harapan kami saat smelter selesai 2021, PLN sudah bisa memasok listrik. Kami membangun smelter untuk memproduksi veronikel,” kata Dhanni Rosa Pratama, Manager Infrastructure and Project Development PT CNI.
Saat ini di Sultra kapasitas terpasang sekitar 112 MW dengan beban puncak 79 MW. Namun, kondisi geografis dan iklim membuat pemadaman kerap terjadi.
Sementara di Sulsel kapasitas terpasang sudah lebih dari 1.800 MW dengan beban puncak berkisar 1.100-1.200 MW. Kelebihan 600 MW ini yang akan dipasok ke Sultra untuk memenuhi kebutuhan sejumlah industri dan pabrik smelter. (REN)