PALEMBANG, KOMPAS - PT Pelindo II Cabang Palembang menggelontorkan dana Rp 50 miliar untuk pembangunan sarana Pelabuhan Sungai Lais Palembang tahun 2019. Dana itu digunakan untuk memperbaiki jalan akses, pemanjangan dermaga sejauh 50 meter, dan pembangunan depo penyimpanan barang.
General Manager Pelindo II Cabang Palembang Agus Edi Santoso, Selasa (18/12/2018), di Palembang, mengatakan, kemajuan perekonomian di Sumatera Selatan membuat perputaran barang yang masuk dan keluar Kota Palembang semakin pesat. Kemajuan ekonomi perlu ditopang dengan keberadaan pelabuhan yang memadai.
Saat ini PT Pelindo II Cabang Palembang mengoperasikan dua pelabuhan, yakni Pelabuhan Boom Baru dan Pelabuhan Sungai Lais. Pelabuhan Boom baru digunakan untuk bongkar muat peti kemas serta pengiriman curah cair seperti aspal, karet, dan minyak sawit mentah (CPO).
Adapun Pelabuhan Sungai Lais, digunakan untuk pengiriman komoditas curah kering, seperti semen, batu split, dan sejumlah komoditas lainnya serta menjadi tempat berlabuh kapal pelayaran rakyat (pelra).
Namun, lanjut Agus, saat ini, penggunaan Pelabuhan Sungai Lais belum optimal lantaran sejumlah kendala, seperti kurangnya tempat penyimpanan, rusaknya jalan akses, dan pendangkalan Sungai Musi sehingga menyulitkan kapal besar bersandar.
Melihat hal itu, kini dianggarkan dana Rp 50 miliar pembangunan pelabuhan pada tahun 2019, yang terutama adalah memperpanjang dermaga ke arah sungai sejauh 50 meter agar kedalaman dapat ditingkatkan.
Saat ini, ujar Agus, kedalaman kolam di Pelabuhan Sungai Lais berkisar 2-3 meter. ”Dengan kedalaman ini, hanya kapal bermuatan 3.000 ton yang dapat berlabuh,” ucapnya.
Perpanjangan dermaga ke arah sungai memungkinkan kedalaman dapat ditingkatkan menjadi 4 meter sampai 6 meter. Dengan demikian, kapal bermuatan 4.000 ton-6.000 ton dapat bersandar. Hingga saat ini, Pelindo belum melakukan pengerukan karena belum mendapatkan izin dari Kemenhub.
”Kami tetap mengikuti aturan, jangan sampai ada kesalahan prosedur,” ucapya. Kepala Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Palembang Mugen S Sartoto mengatakan, kondisi alur Sungai Musi dapat dilalui kapal dengan draf 5 meter lower water spring (LWS).
Saat ini terjadi sedimentasi di alur Sungai Musi, terutama di Selat Jaran perbatasan Sungai Musi dengan Selat Bangka berjarak 108 kilometer dari Pelabuhan Boom Baru Palembang.
Pengerukan alur sungai terakhir dilakukan pada 2016. Hingga kini, belum ada rencana pengerukan lantaran keterbatasan anggaran.
Mugen mengatakan, saat ini ada 10 terminal untuk kepentingan sendiri (TUKS) yang beroperasi di Sungai Musi, seperti TUKS Pertamina, PT Bukit Asam, PT Pupuk Sriwidjaja, dan PT Pelindo.
Mereka juga memelihara alur sungai agar kapal dapat bersandar. Di Pelabuhan Boom Baru kedalaman kolam berkisar 11 meter-15 meter.
Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi V DPR Sigit Sosiantomo menilai, Sumsel punya keunggulan karena tersedia sungai besar yang menjadi jalur transportasi untuk pengiriman komoditas. Dia berharap pemerintah mulai menggunakan angkutan transportasi sungai untuk mengangkut komoditas.
”Dengan menggunakan angkutan sungai, jalan yang ada di Sumsel dapat lebih terpelihara dan dana perbaikan dapat dihemat,” ucap Sigit. (RAM)