MALANG, KOMPAS - Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi menginkubasi berdirinya badan usaha milik desa kopi di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Badan usaha tersebut diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani kopi di sentra penghasil kopi Dampit.
Proses inkubasi atau penguatan BUMDes kopi tersebut dilakukan pada Jumat (21/12/2018) di Balai Desa Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang.
Kegiatan inkubasi dilakukan dengan memberikan materi penguatan kelembagaan dan aturan BUMDes, pelatihan membuat rencana bisnis BUMDes, dan pelatihan manajemen pengelolaan BUMDes. Pelatihan dilakukan hingga Sabtu (22/12/2018). Kegiatan itu merupakan bagian dari program Pilot Inkubasi Inovasi Desa Pengembangan Ekonomi Lokasi (PIID-PEL).
Hadir sebagai pelatih dalam kesempatan itu adalah Tenaga Ahli Penasihat Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Muhammad Nur Uddin, pegiat desa Iman Suwongso, dan anggota Aliansi Petani Indonesia Hasthari Pamintasih.
”Inkubasi ini bentuk kemitraaan public private partnership programme (kemitraan multipihak) yang melibatkan beberapa pihak, yaitu BUMDes, kelompok ekonomi masyarakat dengan inkubator dari Aliansi Petani Indonesia, dan pembeli produk. Tim ini disebut tim pengelola kegiatan kemitraan,” kata Nur Uddin.
Program ini, menurut Nur Uddin, sebagai upaya menyampaikan program kementerian secara langsung pada masyarakat (dengan penggunaan swakelola).
”Nantinya transfer dari pusat akan langsung ke rekening tim pengelola kegiatan kemitraan (TPKK). Ini terobosan untuk mengatasi hambatan birokrasi yang selama ini terjadi,” katanya.
Program PIID-PEL pada tahun 2018, kata Nur Uddin, menyasar 100 desa di seluruh Indonesia. Pada tahun 2019, menyasar 400 desa berikutnya. Program diprioritaskan untuk desa-desa sangat tertinggal, pinggiran, memiliki potensi sumber daya alam, dan memiliki kasus stunting (anak balita pendek).
Adapun di Kabupaten Malang ada tiga desa, yaitu Desa Sanankerto, Kecamatan Turen (dengan wisata Boon Pring), Desa Pujon Kidul (kafe sawah), dan Desa Sukodono (pengembangan BUMDes kopi dan potensi lainnya).
”Alokasi anggaran dari Kemendesa adalah Rp 1,5 miliar per desa. Selama itu, tim akan melakukan upaya pendampingan. Oleh karena ini proses awal, kami masih mengidentifikasi potensi ekonomi berdasarkan kewenangan desa,” kata Nur Uddin.
Tujuan program inkubasi, menurut Nur Uddin, untuk mengurangi desa tertinggal, menanggulangi kemiskinan, mengembangkan ekonomi produktif, dan membuka lapangan kerja baru.
Kepala Desa Sukodono Suharto menyebutkan, potensi di desa banyak, ada produk pertanian dan perkebunan, seperti kopi, salak, dan pisang hingga potensi wisata. ”Akan tetapi, terkadang kami tidak bisa memaksimalkan semua potensi itu tanpa bimbingan,” katanya.
Menurut Suharto, tanpa ada sentuhan teknologi dan pembinaan, selama ini banyak produk potensial desa hanya dijual dengan harga murah dan tidak variatif. ”Jika ada pembinaan serius, diharapankan potensi-potensi ekonomi di desa ini bisa semakin terangkat,” katanya.
Ketua BUMDes Raharja Desa Sukodono Sukamto mengatakan, selama tahun 2018, fokus kegiatan lembaga itu masih terkait kopi. ”Berikutnya, kami akan menyeriusi ternak oleh masyarakat. Ternak kambing dan perkebunan kopi akan saling terintegrasi.
Kami bisa menggunakan pupuk organik dari ternak untuk memupuk kopi. Harapannya, kualitas tanaman kopi kami semakin baik dan ekonomi masyarakat pun bertambah dengan ternak kambing,” katanya. (DIA)