YOGYAKARTA, KOMPAS - Upaya percepatan pembangunan bandar udara baru di Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta, perlu dikontrol secara ketat. Hal ini agar percepatan pembangunan itu tak mengabaikan standar keselamatan dan keamanan yang wajib dipenuhi sebuah bandara.
”Yang harus diwaspadai dalam pembangunan yang dipercepat adalah mutu kegiatannya. Mutu inilah yang wajib dikontrol dan diawasi,” kata Ketua Presidium Masyarakat Transportasi Indonesia Agus Taufik Mulyono saat dihubungi dari Yogyakarta, Jumat (21/12/2018).
Seperti diberitakan, bandara Kulon Progo ditargetkan beroperasi secara terbatas pada awal April 2019. Namun, hingga Kamis (20/12), pembangunan fisik bandara yang berlokasi di Kecamatan Temon, Kulon Progo, itu baru mencapai 22 persen. Untuk mencapai target itu, proyek ini akan dikerjakan selama 24 jam (Kompas, 20/12/2018).
Agus meminta manajemen PT Angkasa Pura I selaku pengelola agar mengawasi secara ketat tahap pembangunan selama beberapa bulan ke depan. Pengawasan diperlukan guna memastikan setiap tahap pembangunan dilakukan dengan benar dan sesuai standar yang ditentukan.
Pembangunan landas pacu (runway), misalnya, harus dipastikan bahwa kontraktor sungguh-sungguh melakukan proses pemadatan tanah dengan metode yang benar. Setelah itu dilakukan tes untuk memastikan hasil pemadatan tersebut.
”Saat membangun runway, sekali terjadi persoalan pada tanah dasar atau fondasinya, runway itu bisa cepat rusak dan ambles,” kata Agus yang juga Guru Besar Bidang Teknik Sipil Transportasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.
Agus juga mengingatkan, pembangunan bandara adalah proses yang kompleks karena membutuhkan banyak fasilitas dan perlengkapan pendukung. Pembangunan bandara juga harus memenuhi persyaratan dan standar yang diatur secara internasional.
Karena itu, pembangunan bandara Kulon Progo harus dilakukan dengan tenaga kerja yang kompeten serta material dan peralatan berkualitas.
Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik UGM Arif Wismadi juga mengingatkan agar percepatan pembangunan bandara Kulon Progo jangan sampai mengorbankan standar keselamatan dan keamanan.
”Kalau kenyamanan yang kurang pada hari-hari pertama, mungkin masih bisa sedikit ditoleransi, tetapi aspek keselamatan dan keamanan harus terselenggara dengan baik,” katanya.
Uji laboratorium
Manajer Proyek Pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta PT Angkasa Pura I Taochid Purnomo Hadi mengatakan, percepatan pembangunan bandara Kulon Progo bukan berarti mengabaikan kualitas.
Semua pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan spesifikasi dan standar yang ditetapkan. ”Aspek keselamatan, keamanan, dan kenyamanan kami siapkan benar-benar,” katanya.
Dicontohkan, dalam pekerjaan pemadatan tanah untuk landasan bandara, pihaknya melakukan uji laboratorium untuk memastikan hasil pemadatan yang dilakukan benar sesuai standar. ”Tidak bisa kita hanya ngomong ini tanahnya sudah padat. Semua ada standar pengujiannya,” ujarnya.
Taochid menjelaskan, pada April 2019, bandara Kulon Progo ditargetkan bisa melayani penerbangan internasional yang selama ini ada di Bandara Internasional Adisutjipto, Kabupaten Sleman. Karena itu, fasilitas sisi udara, misalnya landasan, apron, dan berbagai peralatan navigasi, ditargetkan telah selesai seluruhnya.
Namun, untuk terminal penumpang, belum bisa diselesaikan sepenuhnya. Pada April itu, mungkin baru direalisasikan 8.100 meter persegi dari total luas terminal 192.000 meter persegi dan bisa menampung sekitar 14 juta penumpang per tahun.(HRS)