500 Warga Masih Bertahan di Pengungsian akibat Banjir di Jember
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
JEMBER, KOMPAS — Sekitar 500 orang masih tinggal di lokasi pengungsian akibat banjir yang terjadi di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Secara umum kondisi permukaan banjir mulai surut sejak Senin (24/12/1028), tetapi harus tetap diwaspadai datangnya banjir susulan akibat titik tanggul Sungai Tanggul yang jebol di Desa Kraton, Kecamatan Kencong, belum ditutup.
”Masih ada sekitar 500 jiwa yang mengungsi di SDN 3 Tanggul dan tangkis-tangkis (menggunakan tenda di tanggul sungai). Yang lain sudah pulang,” ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Jember Heru Widagdo saat dikonfirmasi dari Malang, Selasa (25/12/2018).
Menurut Heru, pihaknya masih memberikan bantuan bahan kebutuhan pokok kepada keluarga terdampak. BPBD belum bisa memastikan kapan perbaikan tanggul yang jebol dilakukan. Perbaikan menunggu kondisi arus sungai normal kembali.
Seperti diketahui, luapan air Sungai Tanggul pada Minggu pagi membuat tanggul di Desa Kraton jebol sepanjang sekitar 60 meter. Akibatnya, sekitar 13 desa di 10 kecematan terendam air.
Tidak hanya banjir, hujan deras yang berlangsung sejak Sabtu (22/12/2018) sore hingga tengah malam itu juga menyebabkan longsor di beberapa lokasi. Satu orang dilaporkan meninggal. Korban bernama Imam (42), warga Desa Kaliwining, meninggal akibat tersengat listrik.
Camat Kencong Susmiadi saat dihubungi secara terpisah mengatakan, permukaan air memang mulai surut, tetapi kondisi genangan makin meluas sampai ke wilayah tetangga, yakni Kecamatan Gumukmas. Di wilayah Kencong sendiri terdapat empat desa terdampak dengan jumlah keluarga terdampak 1.395 keluarga.
”Banjirnya sudah surut, tetapi genangan akan melebar. Air tidak bisa kembali ke Sungai Tanggul karena terhalang tanggul saluran air di sebelahnya. Genangan air mengalir, menuju daerah yang lebih rendah, hingga ke Gumukmas yang banyak rawa. Sementara rawa sendiri airnya sudah penuh oleh hujan di daerah setempat,” katanya.
Susmiadi memperkirakan genangan cukup lama surut karena untuk memperbaiki tanggul yang jebol di wilayahnya butuh peralatan yang memadai, modern, dan efektif. Padahal, intensitas hujan di daerah hulu sungai masih tinggi.