92 Turis China Dievakuasi
MANADO, KOMPAS - Gelombang laut setinggi minimal 2 meter terjadi di sejumlah perairan. Pengelola kapal dan masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan.
Sebanyak 92 wisatawan asal China yang berwisata di Pulau Gangga, Lihaga, dan Bangka, Kabupaten Minahasa Utara, dievakuasi setelah perahu motor yang mereka tumpangi tidak dapat berlayar kembali ke Manado akibat gelombang setinggi 4 meter. Evakuasi dilakukan oleh kapal Bakamla, KM Gajah Laut 4804.
Komandan Bakamla Zona Tengah Sulawesi dan Kalimantan Brigjen Bustomy Sanap di Manado, Jumat (28/12/2018), menjelaskan, 92 turis China itu sempat telantar pada Kamis malam di Pulau Bangka seusai berwisata di Pulau Gangga dan Lihaga. Ketiga pulau itu berdekatan dan dapat dijangkau dengan perahu motor selama 15 menit. Saat berada di Pulau Bangka, pada sore hari angin kencang diikuti gelombang laut setinggi 4 meter.
Evakuasi berlangsung pada Jumat sekitar pukul 01.00 di pantai Pulau Bangka di tengah terjangan gelombang tinggi. Para turis China, sebagian perempuan dan anak kecil, ketakutan. Informasi keberadaan turis China di pulau itu disampaikan agen perjalanan di Manado yang meminta bantuan Bakamla.
Ricky Bong dari MM Travel mengatakan, kunjungan ke pulau itu merupakan bagian dari agenda wisata selama berada di Sulawesi Utara. Sebagian turis pelesir ke Pulau Bunaken.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sulawesi Utara Joi Oroh mengatakan, terjangan ombak setinggi 2-4 meter terjadi hampir di seluruh wilayah Sulawesi Utara. Gelombang tinggi merusak sejumlah fasilitas dermaga serta jalan di Manado dan Kepulauan Sangihe.
Gelombang tinggi
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado Charis Kainama mengatakan, gelombang setinggi 2,5-4 meter berpeluang terjadi di Laut Sulawesi bagian timur, perairan Kepulauan Sangihe dan Talaud, serta Laut Maluku bagian utara. ”Gelombang tinggi dipicu angin kencang bertiup dari utara,” katanya.
Sementara itu, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Jayapura mengeluarkan peringatan berlayar untuk kapal kargo dan penumpang yang melintasi perairan di tiga kabupaten, yakni Jayapura, Sarmi, dan Mamberamo Raya.
Cuaca buruk dengan ketinggian gelombang minimal 2 meter terjadi sejak Rabu (26/12). Rute kapal penumpang dari Jayapura menuju Sarmi hingga daerah Teba di Mamberamo Raya. Sementara kapal kargo dari Jayapura tujuan Surabaya dan Makassar.
Kepala Seksi Keselamatan Berlayar, Penjagaan, dan Patroli Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Jayapura Miraza Polpoke, Jumat, menjelaskan, berdasarkan informasi dari BMKG, tinggi gelombang di wilayah perairan Jayapura, Manokwari, dan Biak Numfor adalah 1,5-2,5 meter, sedangkan di Samudra Pasifik sebelah utara Papua gelombang setinggi 2,5-4 meter.
Tinggi gelombang 2,5 hingga 4 meter sangat berbahaya untuk kapal. ”Apabila kondisi tidak memungkinkan, kami akan meminta delapan perusahaan kapal kargo dan penumpang berhenti berlayar,” kata Miraza Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili mengatakan, wilayah Jayapura dan sekitarnya telah memasuki musim hujan sejak akhir Oktober 2018.
Selama tiga hari ke depan, kondisi cuaca diperkirakan berawan dan berpotensi terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat pada pagi, siang, dan malam hari.
Di Jawa Tengah, pemerintah setempat terus memantau dan bersiaga di titik-titik rawan bencana. Evakuasi masyarakat akan diutamakan untuk menekan risiko korban jiwa.
Menurut Kepala BPBD Jateng Sarwa Pramana, di sela-sela pelepasan Tim Jateng Peduli Tsunami Selat Sunda, di Kota Semarang, Jumat, mengatakan, sistem peringatan dini (EWS) yang sudah terpasang BMKG akan terus dipantau.
Menurut Sarwa, ada empat kabupaten di Jateng yang masuk kategori rawan tsunami, yakni, Kabupaten Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Wonogiri. ”Namun, Cilacap yang paling membutuhkan sistem peringatan dini karena ada wilayah kecamatan yang posisinya di bibir pantai,” ujarnya.
Terkait kekhawatiran adanya gelombang tinggi dan tsunami, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo meminta masyarakat tidak panik dan tetap bisa berwisata di pantai, tetapi dengan hati-hati. ”Boleh wisata ke pantai, tetapi pengelola pantai harus perhatikan betul informasi dari BMKG,” kata Ganjar. (ZAL/FLO/DIT)