PANDEGLANG, KOMPAS — Jelang Tahun Baru 2019, sejumlah pedagang pernak-pernik tahun baru di Pasar Labuan, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten, tetap berjualan. Mereka membutuhkan penghasilan setelah dihantam bencana bertubi-tubi.
Sebanyak delapan pedagang pernak-pernik tahun baru menyebar di berbagai sudut kompleks Pasar Labuan, Senin (31/12/2018). Mereka menjajakan trompet, aneka petasan, dan kembang api di gerobak kayu selebar 1 meter dan tinggi 2 meter.
Salah satunya Armin (42), pedagang asal Desa Labuan. Sudah sejak pagi ia menggelar dagangannya di trotoar pasar. ”Mudah-mudahan ada yang beli,” katanya.
Sebelum tsunami menerjang Selat Sunda dan berdampak pada masyarakat Kabupaten Pandeglang, Sabtu (22/12/2018), Armin sudah mengutang trompet dan aneka kembang api dari pedagang besar. Pembayaran dilakukan jika sudah ada barang yang terjual.
Pengalaman Armin, jelang Tahun Baru ia bisa menjual sekitar dua kodi kembang api dan satu kodi trompet per hari. Namun, hari ini hingga pukul 14.00, trompet dan kembang api yang terjual belum sampai 10 buah.
Bagaimana tidak, warga Kecamatan Labuan berduka. Berdasarkan data di Posko Terpadu Kabupaten Pandeglang, tsunami mengakibatkan 17 warga Labuan tewas, 80 orang luka-luka, dan ribuan orang mengungsi.
Meski demikian, Armin berharap, dagangannya tetap bisa laris agar tidak terbelit utang. Sebab, kerugiannya bukan hanya karena jumlah pembeli yang menurun drastis pascatsunami. Ia juga merugi karena sebagian besar barang dagangannya terendam banjir.
Hujan deras yang turun di Kabupaten Pandeglang menyebabkan banjir bandang di kawasan terdampak tsunami pada Rabu (26/12/2018), salah satunya Pasar Labuan. Banjir yang tingginya lebih dari 70 sentimeter itu sempat menghanyutkan kotak barang dagangan Armin. Beruntung, ia menemukannya, tetapi sebagian besar basah.
Hal serupa juga dirasakan Diah (38), pedagang asal Desa Labuan. Ia sudah mulai menjajakan trompet dan petasan sejak kemarin. Namun, baru hari ini mendapatkan pembeli.
”Alhamdulillah, hari ini dapat Rp 60.000,” kata Diah setelah melayani pembeli. Omzet itu turun drastis dari tahun-tahun sebelumnya. Menurut Diah, biasanya ia bisa meraup omzet hingga Rp 2 juta jelang Tahun Baru.
Walaupun demikian, Diah tetap bersemangat. Ia bersyukur masih ada penghasilan untuk menghidupi keluarga. Sepekan terakhir, ia dan suami yang berprofesi sebagai penjualan compact disc bajakan tidak berjualan karena kondisi alam yang tidak kondusif.
”Dua anak saya sudah diungsikan ke Kabupaten Serang. Saya dan suami saja yang masih di sini karena harus cari uang,” ujar Diah. Untuk itu, ia pun harus melawan rasa takut jika bencana kembali terjadi.