Bali Bangun Bandara Baru dengan Luas Lahan 420 Hektar di Buleleng
Oleh
Cokorda Yudistira
·3 menit baca
Denpasar, Kompas – Lahan seluas 420 hektar di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, disiapkan sebagai bakal lokasi bandar udara baru di Bali utara. Gubernur Bali I Wayan Koster menyatakan, bandara di Bali utara harus menonjolkan identitas dan budaya Bali.
Hal itu disampaikan Koster dalam Pidato Akhir Tahun 2018 dan Menyambut Tahun Baru 2019 di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar, Senin (31/12/2018). “Pembangunan infrastruktur bandar udara di Buleleng mulai direalisasikan,” kata Koster. “Kementerian Perhubungan sudah memberikan kepastian dan dukungan anggaran dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha,” ujarnya.
Terkait rencana pembangunan bandara di Bali utara, Kementerian Perhubungan sudah memaparkan hasil studi pendahuluan dalam forum konsultasi publik di Buleleng, Selasa (18/12). Disebutkan, pembangunan bandara baru di Bali dibutuhkan untuk meningkatkan keandalan layanan transportasi udara.
Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai menjadi simpul tunggal lalu lintas penerbangan di Bali. Bandara itu hanya memiliki satu landasan pacu (runway) dan diproyeksikan akan mencapai kapasitas maksimalnya, yakni 30 juta penumpang per tahun, pada 2024.
Sebelumnya, Minggu (30/12), Koster mendampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi ketika meninjau lokasi di Kubutambahan, Buleleng.
“Selesai meninjau lokasi pembangunan bandara baru, kami lalu rapat di rumah kediaman Bupati Buleleng dengan dipimpin Menteri Perhubungan. Sudah disusun timetable (jadwal waktu) dengan agendanya,” kata Koster menyampaikan kegiatannya bersama Menteri Perhubungan pada Minggu itu. “Kalau bandara di Buleleng terwujud, maka Karangasem, Bangli, dan Jembrana juga akan diuntungkan,” tambahnya.
Didampingi Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Koster mengatakan, bandara di Bali utara akan lebih luas daripada Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali. Koster menyatakan sudah meminta agar pembangunan bandara menerapkan kearifan lokal dengan menonjolkan identitas dan budaya Bali. “Ini supaya bandara di Bali utara ini tidak hanya menjadi ikonnya Bali tetapi juga menjadi ikonnya Indonesia dengan memiliki tampilan kuat arsitektur dan hiasan Bali dan berkarakter,” ujar Koster.
Dalam pidatonya itu, Koster juga menyampaikan capaian dalam tiga bulan kepemimpinannya sebagai Gubernur Bali dan rencana kebijakan dan program pembangunannya mendatang, termasuk pengalokasian anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2019. Koster menyebutkan, arah kebijakan dan program pembangunan mencakup lima bidang prioritas, yakni, bidang pangan, sandang, dan papan; bidang kesehatan dan pendidikan; bidang jaminan sosial dan ketenagakerjaan; bidang adat, agama, tradisi, seni, dan budaya; dan bidang pariwisata.
Terkait pidato Gubernur Bali itu, Kepala Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Bali Umar Ibnu Alkhatab menyatakan, isi pidato Gubernur Bali memberi rasa optimistis kepada publik, terutama melihat capaian kerja dalam tiga bulan pertama. “Pidato Gubernur juga memberikan optimisme kepada publik bahwa ke depan akan ada perubahan yang dirasakan masyarakat Bali,” kata Umar di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar.
Umar mengatakan, Ombudsman akan mencatat dan mengawasi kebijakan dan program pemerintah agar benar-benar dijalankan. “Kami juga akan menagih satu per satu janji pemerintah untuk memastikan program pemerintah itu berjalan,” kata Umar menambahkan.