Tahun baru merupakan momen untuk introspeksi dan menjadi pribadi yang lebih baik. Saatnya berdamai dengan masa lalu dan menata masa depan yang penuh harapan. Salah satunya dengan belajar mendengar.
Hal itu diilhami oleh aktivis perempuan Rotua Valentina Sagala (41). Setiap tahun, Valentina merayakan Natal dan Tahun Baru bersama keluarga besarnya. Di malam pergantian tahun, semua anggota keluarga berkumpul dan mengevaluasi kehidupan yang telah dijalani selama setahun terakhir.
”Ini tradisi keluarga. Di malam pergantian tahun, setiap anggota keluarga akan kasih speech, bicara tentang rencana kami masing-masing di tahun lalu dan apa saja yang sudah dicapai. Kami juga saling minta maaf ke keluarga kalau ada kesalahan. Seperti Lebaran begitu,” kata Valentina, Senin (31/12/2018), di Jakarta.
Berkumpul bersama keluarga besar selalu berkesan bagi ibu dari dua anak kembar ini. Selain dapat bercengkerama dan melepas rindu dengan sanak saudara, pada kesempatan itu, ia juga belajar membuat resolusi baru. Ia ingin menjadi ibu yang lebih baik dan sabar bagi kedua anaknya. Ia juga ingin memberi sesuatu kepada masyarakat dengan talenta yang dimilikinya.
Tidak hanya berkesan bagi Valentina, tradisi keluarga yang rutin digelar di Pematang Siantar, Sumatera Utara, itu juga mengajarkannya banyak hal. Ia belajar mengakui kesalahan, memaafkan, dan mendengarkan orang lain.
“Biasanya ada 20-30 anggota keluarga yang akan bicara, mulai dari yang paling muda sampai yang paling senior. Biasanya kami dengerin sambil ngantuk karena sudah malam, tetapi yang bicara masih banyak. Nah, dari situ saya belajar untuk sabar mendengarkan orang lain,” kata Valentina. Menurut dia, dengan mendengar, kita bisa mengetahui banyak cerita secara utuh. Namun, hal itu sudah langka ditemukan di masyarakat.
Bagi Valentina, banyak orang yang kini sulit mendengarkan orang lain. Bahkan, kemampuan jempol untuk berkomentar di media sosial dinilai lebih cepat daripada kemampuan hati nurani untuk merasa.
”Mendengarkan orang lain itu sebenarnya sebuah seni. Listen, not hear. Dengan mendengar, tidak akan ada salah paham di antara orang-orang,” kata pendiri lembaga swadaya masyarakat Institut Perempuan ini.
Valentina mengatakan, budaya mendengar perlu ditanamkan sejak dini. Hal itu bisa dilakukan melalui peran keluarga dan pendidikan. Selain itu, dibutuhkan pula sosok panutan yang dapat memberi contoh baik bagi generasi yang lebih muda.
Ia akan mengajarkan pentingnya mendengar kepada dua anak kembarnya. Tampaknya, kita juga perlu lebih banyak belajar mendengar. (E07)