Puting Beliung Mengancam
CIREBON, KOMPAS - Dalam tiga hari terakhir, dua kejadian puting beliung merusak ratusan rumah di Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Dengan kecepatan angin 80-100 kilometer per jam, daya rusaknya sangat tinggi dan berbahaya.
Potensi munculnya puting beliung di Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, masih tinggi setidaknya hingga sepekan ke depan. Warga diminta terus mewaspadai ancaman itu.
Sebelumnya, puting beliung menerjang Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, Minggu (30/12/2018), dan Ligung, Majalengka, Jawa Barat, keesokan harinya. Selain merusak lebih dari 200 rumah, seorang anak balita juga tewas.
”Potensi angin kencang dan puting beliung masih tinggi selama ada awan hitam pekat atau kumulonimbus. Kondisi atmosfer juga memengaruhi. Masyarakat diminta waspada hingga 6 Januari 2019,” ujar prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jatiwangi, Ahmad Faa Izyn, Selasa (1/1/2019).
Menurut Ahmad, berdasarkan pengamatannya, kondisi itu merata di wilayah Jabar lainnya. Ini dipengaruhi peningkatan tekanan udara di dataran Asia dan adanya bibit siklon antara lain di sebelah utara Indonesia.
”Saat puting beliung terjadi, suhu muka laut di perairan utara Jabar naik 1 derajat celsius. Ini lebih hangat dari normalnya sehingga pasokan massa udara cukup banyak untuk membuat awan kumulonimbus,” ujarnya.
Sangat kuat
Pada Minggu sore, Desa Panguragan Kulon, Kecamatan Panguragan, Cirebon, terdampak puting beliung paling parah. Herdiyanto (4,5), warga setempat, meninggal akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Sebanyak 24 orang lainnya luka-luka.
Hingga Selasa, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon mencatat, 237 rumah rusak ringan, 4 unit rumah rusak ringan, dan 6 unit rumah rusak berat. Angin puting beliung tidak hanya menerbangkan genteng dan asbes rumah, tetapi juga merobohkan tembok rumah warga.
Dua tempat ibadah dan dua sekolah juga rusak. Sebanyak 1.198 jiwa terdampak. Setelah kejadian, warga sempat di kantor kecamatan dan masjid. ”Melihat dampak kerusakannya, kecepatan angin saat itu diperkirakan mencapai 40-50 knot atau 80-100 kilometer per jam. Padahal, normalnya hanya 18,5-37 kilometer per jam ,” ujar Ahmad.
Dayanti (26), ibu almarhum Herdiyanto, mengatakan, puting beliung berlangsung cepat. Saat mulai terdengar gemuruh angin, Herdiyanto masih bersama ayahnya, Suheryanto (28).
”Akan tetapi, saat angin semakin kencang, Herdiyanto terlepas dari tangan ayahnya yang tertimpa balok kayu rumah yang ambruk,” ujar warga Blok 4 Karang Moncol tersebut.
Hasan Suhandi, warga lainnya, mengatakan, bencana puting beliung itu baru pertama kali terjadi di Panguragan. Daerah itu merupakan sentra barang rongsokan. Berbagai barang bekas berbahan plastik hingga besi ditampung di sana. Sudah lazim pekarangan rumah mewah bertingkat warga dipadati barang rongsokan.
”Benar-benar dahsyat. Gudang barang rongsokan saya nyaris kena. Untung saja, anginnya berputar ke arah lain,” ujar Hasan.
Bentuk sukarelawan
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Cirebon Eman Sulaeman mengatakan, hingga Selasa sore, pihaknya masih membantu warga membersihkan puing bangunan yang terdampak.
Bantuan dari masyarakat, pemerintah, dan swasta terus mengalir. ”Untuk bantuan perbaikan rumah, masih dalam proses pendataan lebih lanjut,” ujarnya.
Menurut dia, pada tahun 2018, puting beliung menerjang Cirebon hingga 10 kali. Sebelumnya, pada akhir Maret lalu, puting beliung melanda Kecamatan Pangenan. Lebih dari 200 rumah serta sejumlah ruangan kelas dan asrama Pondok Pesantren Al Shighor rusak. Aktivitas belajar pun terganggu.
”Untuk mengantisipasi jatuhnya korban, kami sudah membentuk sukarelawan yang tersebar di 40 kecamatan,” katanya.
Tidak hanya di Cirebon, Senin sore lalu, puting beliung juga menerjang Desa Kedung Sari, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka. Kepala Kepolisian Resor Majalengka Ajun Komisaris Besar Maryono mengatakan, lima rumah dan lahan cabai seluas 1,5 hektar rusak. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Akan tetapi, kerugiannya diperkirakan mencapai Rp 40 juta. (IKI/WIN)