Tikus Serang Sawah dan Rumah Warga
INDRAMAYU, KOMPAS Memasuki masa musim tanam pertama, tikus menyerang sawah di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Bahkan, rumah warga di Desa Singaraja tak luput dari hama itu.
Selasa (1/1/2019), petani mulai mengolah lahan persawahan di Kecamatan Indramayu, Kecamatan Balongan, dan Kecamatan Juntinyuat. Lahan persemaian benih padi umumnya dikelilingi plastik dan fiber. Alat itu dipasang menggunakan bambu atau kayu setinggi sekitar 50 sentimeter, memagari lahan.
”Terpaksa harus pasang ini untuk menghindari serangan hama tikus,” ujar Hariri (52), petani di Desa Tegalsembadra, Balongan. Fiber dan plastik terpasang di lahan persemaian miliknya seluas 50 bata atau 600 meter persegi.
Di lahan itu, benih padi disiapkan untuk ditanam pada sawah seluas 1,5 hektar. Ia mengatakan, harus mengeluarkan dana hingga Rp 1 juta untuk memasang alat tersebut. Tanpa fiber dan plastik, kata Hariri, tikus dapat memakan gabah, benih padi, yang ditebar. Akibatnya, produksi padi bisa berkurang dan merugikan petani.
”Saat tanah dikeruk, ada enam tikus. Padahal, tahun lalu, hanya ada dua ekor. Tahun ini, tikusnya lebih banyak. Kalau tidak diatasi, saat persemaian usia 20 hari bisa habis benih padinya. Apalagi, saat ini musim hujan. Tanah lembab, tempatnya tikus,” ujar Hariri yang baru menebar benih padi tiga hari lalu.
Serangan hama pengerat itu marak pada malam hari. Karena itu, petani berjaga di sawah menggunakan senter. Petani memukuli tikus yang keluar dari lubang pematang sawah agar tak masuk ke lahan persemaian.
”Kalau pakai fiber, tikus tidak bisa masuk, tetapi tikus bisa merobek plastik. Karena itu, harus dijaga. Masalahnya, harga fiber lebih mahal,” ujarnya.
Perlu dukungan
Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan Indramayu Sutatang mengatakan, serangan tikus pada masa persemaian benih padi biasa terjadi. Untuk itu, petani memasang plastik atau fiber. Meski demikian, pihaknya belum menerima laporan serangan tikus yang ganas.
”Selain itu, ada langkah antisipasi lain, seperti penggunaan racun tikus dan gerakan gropyokan, perburuan tikus bersama-sama. Kegiatan itu biasanya diinisiasi oleh kelompok tani, tetapi perlu dukungan penyuluh dinas pertanian setempat,” ujarnya. Apalagi, saat ini petani serempak menanam di musim tanam rendeng.
Waryono, petani asal Kandanghaur, Indramayu, berharap dinas terkait aktif memantau organisme pengganggu tanaman, seperti tikus. ”Kalau tidak segera diantisipasi, serangan hama bisa meluas dan mengurangi produksi padi,” ujarnya.
Dia mengingatkan, pada tahun 2017, hama wereng menyerang lahan pertanian dan membawa virus kerdil rumput dan virus kerdil hampa. Petani menyebutnya klowor yang berarti pendek dalam bahasa setempat.
Saat itu, Indramayu gagal mencapai target produksi sekitar 1,7 juta ton gabah kering panen (GKP), hanya mampu panen kurang dari 1,2 juta ton GKP.
Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor menghitung, tak kurang dari 70.000 hektar lahan terdampak virus klowor di sepanjang pantura Jabar (Kompas, 14/2/2018).
Tahun lalu, lahan petani juga dilanda kekeringan. Satuan Pelayanan Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Wilayah III Indramayu mencatat, 694 hektar sawah puso.
Padahal, dengan luas lahan mencapai lebih dari 114.000 hektar, Indramayu menjadi sentra padi nasional. Beras dari Indramayu, selain untuk mencukupi wilayah Jabar, juga dikirim ke DKI Jakarta hingga Sumatera.
Merugikan warga
Di Desa Singaraja, Kecamatan Indramayu, empat hari terakhir, tikus juga menyerang rumah warga. Ermiyati (49), warga blok Kalen Senen, terpaksa mencuci sejumlah pakaiannya akibat menjadi sarang tikus. Begitu pula sofa di rumahnya. ”Kabel televisi saya juga digigit hingga rusak,” ujarnya.
Ia harus memindahkan sebagian besar pakaian dan perabotan dapur, bahkan kasurnya, agar tidak tersentuh tikus. Ermiyati khawatir, hewan pengerat itu dapat menularkan penyakit kepada anak dan cucunya yang tinggal di rumahnya.
”Serangan tikus baru kali ini. Saya pasang lem tikus. Sudah dapat 32 ekor. Tetangga di blok lain juga mengeluhkan hal yang sama. Enggak tahu mau lapor ke mana,” ujar ibu rumah tangga tersebut sambil menunjukkan tikus kecil yang terkena lem.
Singaraja merupakan salah satu desa di pusat kota Indramayu. Kepadatan penduduk tampak pada rumah warga yang berdekatan, hanya terpisah jalan setapak.
Iman (25), warga lain Singaraja, mengatakan, serangan tikus telah merugikan warga. ”Setiap hari, saya harus beli lem tikus Rp 18.000. Hari ini enggak beli karena tidak ada uang,” ujar pekerja serabutan itu. (IKI)