MALANG, KOMPAS - Gunung Semeru, Jawa Timur, perlu dikosongkan untuk sementara waktu dari aktivitas pendakian. Pengosongan tersebut terkait upaya pengembalian ekosistem setelah didaki 289.464 orang sepanjang tahun 2018.
Pendakian ke puncak Semeru ditutup mulai 3 Januari sampai waktu yang belum ditentukan. Selama penutupan, ekosistem di jalur pendakian dibiarkan tumbuh alami. Hewan-hewan mendapat kesempatan untuk lewat tanpa terganggu aktivitas manusia. Penutupan juga untuk menghindari dampak cuaca buruk selama musim hujan.
Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) John Kenedie, Rabu (2/1/2019), di Malang, mengatakan, penutupan kegiatan pendakian dimaksudkan untuk pemulihan atau revitalisasi ekosistem di sepanjang jalur pendakian. Proses ini rutin dilakukan setiap tahun.
Sepanjang tahun 2018, aktivitas pendakian dibuka selama sembilan bulan sejak 4 April hingga awal Januari 2019. ”Tahun ini pendakian kembali ditutup mulai 3 Januari sampai ada pemberitahuan selanjutnya,” katanya.
Aktivitas pendakian di Semeru ramai saat pergantian tahun. Pendaki datang dari banyak daerah di Indonesia dan mancanegara. Karena daya dukung Semeru hanya 2.000 orang per hari, BBTNBTS membatasi jumlah pendaki 600 orang per hari. Artinya, 600 pendaki naik, 600 orang sedang di atas, dan 600 orang turun setiap hari. Para pendaki harus membawa kembali sampahnya.
Kepala Subbagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas BBTNBTS Sarif Hidayat mengatakan, jumlah pendaki Semeru selama 2018 mencapai 289.464 orang. Rinciannya adalah 284.352 pendaki Nusantara dan 5.112 pendaki mancanegara. Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang didapat Rp 207,4 juta.
Jumlah pendaki pada 2018 naik dibandingkan tahun lalu. Sepanjang tahun 2017 hanya 183.272 pendaki yang terdiri dari 179.528 pendaki dalam negeri dan 3.744 pendaki asing.
Total jumlah pengunjung ke wilayah TNBTS, termasuk yang berwisata ke Gunung Bromo sepanjang 2018, ada 853.016 orang. Rinciannya 828.247 wisatawan Nusantara dan 24.769 wisatawan mancanegara. PNBP yang diterima Rp 27,3 miliar.
Mereka terpantau dari empat pintu masuk, yakni Pananjakan, Kabupaten Pasuruan; Cemorolawang, Kabupaten Probolinggo; Coban Trisula, Kabupaten Malang; dan Ranu Pani, Kabupaten Lumajang.
”Selama libur Natal 2018 hingga Tahun Baru 2019 (26-31 Desember 2018), jumlah pengunjung ke semua obyek wisata di TNBTS sebanyak 204.928 orang, terdiri dari 37.928 wisatawan domestik dan 167 wisatawan mancanegara dengan PNBP Rp 1,29 miliar,” kata Sarif.
Angka kunjungan wisatawan ke TNBTS selama 2018 meningkat dibandingkan dengan tahun 2017. Pada 2017, jumlah pengunjung 652.463 orang, terdiri dari 628.895 wisatawan Nusantara dan 23.568 wisatawan mancanegara. (WER)