Aktivitas Warga Terkendala
SUKABUMI, KOMPAS - Aktivitas warga penyintas bencana tanah longsor di Cisolok, Kabupaten Sukabumi, belum pulih. Begitu pula aktivitas belajar siswa di kawasan tersebut.
Aktivitas para penyintas bencana tanah longsor di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, masih terkendala.
Selain tersendatnya aliran air bersih, mereka juga tidak memiliki tempat penampungan logistik yang layak hingga mengganggu kegiatan belajar mengajar siswa.
Pascalongsor, sebagian saluran air bersih tertimbun tanah. Kebutuhan air bersih belum tepenuhi seperti biasa.
”Untuk melihat ke sumber air, sepertinya belum bisa dilakukan karena kami khawatir lokasinya rentan terjadi longsor susulan,” kata Kepala Dusun Cimapag Lili Amaludin di Sukabumi, Rabu (9/1/2019).
Untuk menyiasati hal ini, warga saling berbagi air agar pasokan yang mulai berkurang itu bisa digunakan bersama. Namun, Lili berharap ada bantuan peralatan untuk mengalirkan air seperti selang dan pompa agar pasokannya bisa lebih mudah didapatkan.
Selain air bersih, Ugna Wijaya (26), warga Kampung Garehong, mengaku terkendala tempat penyimpanan logistik bahan makanan dari donatur. Akibatnya, banyak logistik rusak diguyur hujan.
”Saya sementara tinggal di rumah saudara bersama belasan orang lainnya. Kondisi itu membuat semuanya serba terbatas, salah satunya penyimpanan logistik. Kami berharap segera direlokasi supaya bisa lebih mandiri,” kata Ugna.
Aktivitas belajar mengajar di SMPN 3 Cisolok Satu Atap juga terganggu karena sebagian ruang kelasnya digunakan untuk tempat menyimpan logistik bagi penyintas. Selain itu, satu kelas yang digunakan untuk identifikasi jenazah juga belum disterilkan sehingga dikhawatirkan bakal berdampak bagi kesehatan siswa.
Kepala Sekolah SMPN 3 Cisolok Satu Atap Kakas Darayudi menyatakan, kegiatan belajar mengajar terhenti sejak longsor menerjang Garehong, berjarak sekitar 1 kilometer dari sekolah. Sekolah ini terdiri atas tujuh kelas yang digabung bersama SDN Cimapag dengan total siswa 140 orang.
”Ini adalah sekolah satu-satunya di daerah terdampak longsor. Saya berharap Senin depan sekolah ini bisa digunakan meski kegiatan belajar mengajar belum bakal normal dalam waktu dekat,” ujarnya.
Inisiatif warga
Minat sebagian masyarakat yang tinggal di kawasan rawan di Jabar untuk melatih diri menghadapi bencana alam semakin tinggi.
”Dalam setahun terakhir, permintaan warga di Kabupaten Bandung untuk dilatih bencana sangat banyak, baik pemerintah desa, komunitas, maupun sekolah, mulai dari mitigasi sederhana hingga pembentukan desa siaga bencana,” kata Aan Anugerah, Ketua Jaga Bala’i, komunitas siaga bencana di Kabupaten Bandung.
Menurut Aan, inisiatif itu sangat penting dimiliki warga. Mereka bisa menjadi agen perubahan bagi lingkungan tempat tinggalnya yang ada di zona rawan banjir dan longsor.
Di Desa Majayalaya, Kecamatan Majalaya, misalnya, pemerintah desa dan warga melakukan pelatihan menuju desa tangguh bencana, Rabu-Kamis (9-10/1).
Pelatihannya beragam, mulai dari pemetaan kawasan, pembentukan pos komando, pembagian peran saat evakuasi, hingga evakuasi warga terdampak banjir.
”Hal serupa dilakukan Desa Tanggulun di Kecamatan Ibun dengan membentuk Relawan Bencana Rikat pada Desember 2018. Personelnya warga setempat yang sebelumnya kerap jadi korban saat banjir luapan Citarum. Kami mendampingi mereka bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung,” kata Aan.
Adi Rosadi dari Humas Relawan Bencana Rikat di Desa Tanggulun mengatakan, pihaknya kini rajin mendatangi rumah warga untuk memberikan informasi mitigasi hingga tempat evakuasi warga jika banjir yang dipicu luapan Sungai Citarum datang.
”Kami didukung Pemerintah Desa Tanggulun. Saat pelatihan, dibantu penyediaan alat, pemetaan kawasan, hingga penyampaian materi mitigasi lewat alokasi dana desa. Semoga kami bisa jadi jembatan kemandirian masyarakat,” katanya.
Di Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, sukarelawan bencana terbentuk sejak empat tahun lalu. Mereka menjadi garda terdepan saat Cipatujah dilanda bencana alam. Cipatujah dilanda gempa bumi bermagnitudo 6,9 pada Desember 2017 dan banjir bandang pada November 2018.(RTG/CHE)