SIDOARJO, KOMPAS - Dalam upaya menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok, Perum Bulog Divre Jatim mengintervensi pasar di seluruh wilayahnya secara masif menggunakan cadangan beras pemerintah dan stok yang ada di gudang. Saat ini harga bahan kebutuhan pokok terutama beras medium sudah berada diatas harga eceran tertinggi.
Kepala Perum Bulog Divre Jatim Muhammad Hasyim mengatakan intervensi dilakukan melalui operasi pasar secara serentak di 38 kabupaten dan kota. Kegiatan yang diberinama Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) ini selain bertujuan menurunkan harga juga menjamin tersedianya pasokan barang di masyarakat.
“Adapun maksud penggunaan cadangan beras pemerintah tidak lain untuk meningkatkan pasokan beras medium di masyarakat. Pasokan beras yang melimpah membantu masyarakat mendapatkan harga yang terjangkau sehingga daya beli mereka terjaga,” ujar Hasyim disela acara peluncuran KPSH beras medium di Jatim 2019 di Gudang Bulog Sidoarjo, Kamis (10/1/2019).
Hasyim memaparkan kegiatan KPSH secara serentak di Jatim berlangsung sejak pekan lalu dengan menggunakan persediaan beras Bulog Divre Jatim yang saat ini berada di posisi 620.248 ton. Persediaan beras itu tersimpan di gudang-gudang yang tersebar di 13 Sub Divre. Adapun persediaan beras saat ini mampu mencukupi kebutuhan masyarakat hingga akhir 2019.
Meski ada permintaan untuk KPSH, stok beras yang ada saat ini dinilai masih aman. Alasannya, selama pelaksaan KPSH 2018, Perum Bulog Divre Jatim total mendistribusikan beras medium sebanyak 96.193 ton atau kurang dari 15 persen stok total. Selain itu bulog akan menambah persediaan berasnya melalui realisasi pengadaan bekerjasama dengan mitra perusahaan penggilingan padi maupun petani dan kelompok tani.
Dari 38 kabupaten dan kota di Jatim, salah satu fokus pelaksanaan KPSH adalah wilayah kerja Bulog Sub Divre Surabaya Utara yang meliputi Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Sidoarjo. Sedikitnya ada 11 pasar tradisional di tiga kabupaten dan kota ini yang menjadi sasaran pelaksanaan KPSH.
Sebelas pasar itu meliputi Pasar Wonokromo, Pucang, Genteng, Keputran, dan Tambak Rejo, di Kota Surabaya. Sedangkan di Kabupaten Sidoarjo dilakukan di Pasar Larangan, Krian, dan Sukodono. Adapun untuk wilayah Gresik, sasarannya di Pasar Manyar dan Pasar Kebomas.
“Total ada 10 armada yang dikerahkan untuk mengangkut bahan pokok yang digunakan untuk operasi di 11 pasar tradisional tersebut. Setiap armada membawa 1,5 ton beras medium, 1 ton beras premium, 120 liter minyak goreng, dan 500 kilogram (kg) gula,” kata Hasyim.
Hasyim menambahkan selain mengintervensi pasar tradisional secara masif, Bulog juga menggunakan jaringan distribusinya melalui gerai Rumah Pangan Kita (RPK). Total ada 5.000 RPK di seluruh wilayah Jatim yang saat ini menjadi mitra kerja bulog.
Sementara itu Sekretaris Daerah Provinsi Jatim Heru Tjahjono mengatakan berdasarkan survei dan pantauan di pasar, harga barang kebutuhan pokok di wilayahnya memang mengalami kenaikan namun masih terkendali. Jatim merupakan lumbung pangan nasional dan pada musim panen raya Maret-April nanti diprediksi mampu memproduksi 2,6 juta ton beras.
Berdasarkan pantauan harga di pasar, beras medium rata-rata dijual dengan harga Rp 9.000 per kg hingga Rp 10.000 per kg. Harga beras medium ini melampui harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp 8.950 per kg sehingga memberatkan masyarakat. Sedangkan beras premium berada di level Rp 11.000 per kg hingga Rp 12.000 per kg.