500 Keluarga di Nduga Dilaporkan Mengungsi ke Hutan
Oleh
Fabio Costa
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Sebanyak 500 keluarga dari sejumlah distrik di Kabupaten Nduga, Papua, dilaporkan mengungsi ke hutan pascainsiden penyerangan 28 pekerja PT Istaka Karya di Puncak Kabo pada 2 Desember 2018. Warga takut terkena dampak pemburuan tim gabungan TNI-Polri terhadap kelompok kriminal bersenjata.
Hal itu disampaikan Staf Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional Desk Papua, Samuel Tabuni, di Jayapura, Senin (14/1/2019). Menurut dia, 500 keluarga yang mengungsi ke hutan dan sejumlah kampung berasal dari beberapa distrik, seperti Yigi, Yal, Dal, dan Nirkuri. Mereka terdiri dari kaum lanjut usia, ibu, dan anak.
Samuel mengatakan, Pemprov Papua dan Pemkab Nduga telah mengirimkan bantuan makanan dan obat-obatan ke pusat Distrik Mbua. Namun, bantuan tersebut belum disalurkan ke hutan lokasi pengungsian warga.
”Satu keluarga terdiri dari lima hingga delapan orang. Mereka hidup dengan mengonsumsi makanan seadanya di hutan dan kondisi kesehatan kurang baik,” papar Samuel.
Ia menuturkan, masyarakat tidak akan kembali ke kampung halamannya jika masih terjadi konflik antara pihak keamanan dan kelompok kriminal bersenjata.
”Masyarakat minta gencatan senjata di antara kedua pihak di wilayah konflik. Tujuannya agar masyarakat kembali beraktivitas dengan aman,” ujarnya.
Hindari korban sipil
Bupati Nduga Yairus Gwijangge berharap upaya penegakan hukum terhadap anggota kelompok kriminal bersenjata harus terukur sehingga masyarakat sipil tidak menjadi korban.
”Saya telah membentuk tim bersama TNI, Polri, tokoh agama, dan petugas medis untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi konflik. Kami akan membujuk pengungsi kembali ke kampung,” ujar Yairus.
Saat dikonfirmasi, Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal di Jayapura mengaku, pihaknya belum mendapatkan data jumlah warga yang mengungsi akibat upaya penegakan hukum tim gabungan TNI dan Polri.
”Ada indikasi kelompok kriminal bersenjata mengintimidasi warga untuk mengungsi. Tujuannya agar timbul persepsi masyarakat ketakutan karena upaya penegakan hukum terhadap kelompok tersebut,” ungkap Ahmad.
Kabupaten Nduga termasuk salah satu zona merah di Pegunungan Papua karena rawan aksi teror kelompok kriminal bersenjata. Sejumlah daerah yang masuk zona rawan adalah Puncak, Puncak Jaya, dan Lanny Jaya. Pimpinan kelompok ini di Nduga adalah Egianus Kogoya.
Pada 2018, kelompok ini terlibat sejumlah teror, antara lain penembakan pesawat Twin Otter PK-HVU dari maskapai Dimonin Air saat mendarat di bandara pada 22 Juni 2018. Saat itu, kopilot pesawat, Irene Nur Fadila, terluka di pergelangan kaki terkena serpihan peluru.
”Ada indikasi kelompok kriminal bersenjata mengintimidasi warga untuk mengungsi. Tujuannya agar timbul persepsi masyarakat ketakutan karena upaya penegakan hukum terhadap kelompok tersebut,” ungkap Ahmad.
Selanjutnya, penembakan pesawat Twin Otter maskapai Trigana Air di bandara pada 25 Juni 2018, pukul 09.45 WIT. Pilot pesawat, Ahmad Kamil, terluka karena terkena peluru di punggung bagian kanan.
Kelompok ini juga menembak dan membacok warga yang bermukim di sekitar area Bandara Kenyam. Tiga warga tewas di tempat dan dua warga lain luka-luka.
Terakhir, insiden penyerangan 28 pekerja PT Istaka Karya di Puncak Bukit Kabo, Distrik Yigi, pada 2 Desember 2018. Total 17 orang meninggal, 7 orang selamat, dan 4 orang belum ditemukan tim gabungan TNI dan Polri.