SUKABUMI, KOMPAS Para penyintas longsor di Kampung Garehong, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, berharap dapat direlokasi di Kampung Cimapag.
Banyak kerabat penyintas yang tinggal di kampung yang bersebelahan dengan Kampung Garehong itu. Pihak desa pun masih mencari lokasi yang cocok dan menunggu persetujuan dari pemerintah.
Arnasa (60), salah satu penyintas, berharap lahan relokasi yang disediakan tidak jauh dari Kampung Cimapag, tempat ia mengungsi di rumah keponakannya. ”Sekarang, saya tinggal bersama keponakan.
Semoga relokasi yang ada tidak jauh dari rumah mereka. Sebab, saya sudah tinggal sendiri dan takut jika terjadi apa-apa,” ujarnya.
Asep Supriawan (40), Bendahara Panitia Lokal Pascabencana, menyatakan, beberapa lahan kosong di Kampung Cimapag dimungkinkan menjadi tempat relokasi. Namun, harus ada kajian dari para ahli dan persetujuan dari pemerintah daerah.
Selain itu, rencana relokasi perlu dikomunikasikan dengan pemilik lahan, apalagi di lokasi tersebut ada lebih dari 10 lumbung dan empat kandang kambing milik warga.
Eni (58), salah satu pemilik lahan, menyatakan keberatan jika tanah yang dimilikinya akan dijadikan area relokasi. Ia berharap pemerintah memberikan keputusan yang tepat dan tidak merugikannya.
”Lahan itu akan saya bagikan kepada anak dan cucu. Saya pasrah dengan keputusan pemerintah, tetapi saya mohon kebijaksanaannya. Di lahan itu juga ada leuit (lumbung) penyimpan padi kami,” tutur Eni.
Di Kampung Cimapag juga ada sejumlah areal persawahan yang bisa dijadikan lahan permukiman. Namun, lokasi lahan tersebut berjarak kurang dari 800 meter dari lokasi longsor. Lahan itu dikhawatirkan belum aman dari potensi longsor.
Hunian sementara (huntara), menurut Asep, menjadi salah satu opsi bantuan bagi para penyintas sebelum menunggu kepastian relokasi. Lahan yang dipilih untuk dibangun huntara adalah lapangan yang datar dan tidak mudah becek.
Lapangan itu sebelumnya menjadi tempat parkir kendaraan operasional petugas, dapur lapangan, serta tenda posko lapangan milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Di lapangan tersebut bisa dibangun sekitar 20 hunian sederhana jika disusun rapi.
Akan tetapi, dari lapangan tersebut masih terlihat pemandangan lokasi bekas longsoran. Penyintas dikhawatirkan masih trauma jika melihat lokasi bekas longsoran tersebut. (RTG)