SOLO, KOMPAS — Serangan demam berdarah dengue (DBD) mulai merebak di Sragen, Jawa Tengah pada puncak musim hujan di awal 2019. Sementara itu, Kota Solo, Jawa Tengah yang berhasil menurunkan secara signifikan kasus DBD mewaspadai serangan penyakit itu.
"Untuk Januari sampai dengan saat ini di Solo belum ada laporan kasus DBD, jadi masih aman. Tapi saat ini kami mewaspadainya mengingat daerah di sekitar Solo sudah ada kasus DBD," kata Sekretaris Dinas Kesehatan Solo Purwanti di Solo, Jawa Tengah, Rabu (16/1/2019).
Purwanti mengatakan, kasus DBD di Solo tercatat menurun signifikan. Pada 2016 ada sebanyak 751 kasus DBD, 2017 turun menjadi 146 kasus, dan 2018 turun menjadi 24 kasus atau . Penurunan kasus DBD antara lain karena sejak 2017 telah mengimpelementasikan gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik.
Sementara itu di Sragen, pada dua pekan pertama Januari 2019 tercatat sudah ada 111 kasus DBD. Dua penderita DBD diantaranya meninggal dunia. Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengatakan, atas merebaknya kasus DBD di awal 2019 itu, telah ditetapkan kejadian luar biasa DBD di Sragen. Pada 2018, serangan DBD di Sragen tercatat sebanyak 345 kasus dengan jumlah meninggal dunia 3 orang.
Yuni mengatakan, serangan DBD terjadi di 19 kecamatan dari 20 kecamatan. Sejumlah kecamatan yang paling banyak yaitu kecamatan Kalijambe 5 kasus, Tangen 11 kasus, Jenar 6, Sidoharjo 6 kasus, Tanon 6 kasus, Mondokan 21 kasus, Sumberlawang 15, Miri 10 kasus, Gemolong 11 kasus.
Yuni mengatakan, Dinas Kesehatan Sragen telah membentuk posko penanganan demam berdarah. Pemkab Sragen pekan depan akan menggelar rapat koordinasi petugas kesehatan dan para pemangku kepentingan untuk merapatkan barisan menangani merebaknya DBD di Sragen
Yuni mengaku telah turjun langsung menemui masyarakat untuk memberi penyuluhan mencegah penyebaran DBD. Pihaknya meminta masyarakat menjaga kebersihan lingkungan.