DENPASAR, KOMPAS — Sejumlah erupsi gunung api, gempa, dan tsunami di Tanah Air, termasuk di Bali, menjadi kambing hitam turunnya angka kunjungan wisatawan mancanegara ke ”Pulau Dewata”. Tahun 2017, tercatat 5,7 juta wisman datang ke Bali dari target 6 juta orang. Tahun 2018, tercatat 6 juta wisman dari target 6,5 juta wisman.
Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Pariwisata berupaya mencari solusi mendongkrak kunjungan wisman. Solusi itu diharapkan membuat calon wisman tak terpengaruh kejadian bencana di daerah mana pun, termasuk Gunung Agung yang masih berpotensi erupsi.
”Isu kebencanaan itu masih sensitif sekali di industri pariwisata. Padahal, bencana itu terjadi karena siklus alam. Bali mengandalkan pantai dan sensitif peristiwa tsunami,” kata Kepala Dinas Pariwisata Bali Anak Agung Gede Yuniarta, Jumat (18/1/2019).
November 2017, ketika abu vulkanik erupsi Gunung Agung mengganggu dan mengakibatkan penutupan Bandara Internasional Ngurah Rai selama tiga hari, menurut Agung, menjadi pelajaran berharga. Turis asing tak serta-merta tenang ketika Gunung Agung masih berpotensi erupsi.
”Tahun ini, kami optimistis jika Bali masih bisa menarik bagi wisman dengan target 7 juta orang. Terlalu optimistis, karena itu dinas perlu mendapatkan solusi terbaik agar target tercapai atau melampaui,” ujar Agung.
Sosialisasi kebencanaan
Bagi Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Ida Bagus Agung Partha Adnyana, sosialisasi seputar kebencanaan tetap harus digaungkan karena memang industri pariwisata sensitif terhadap isu bencana.
Hanya saja, menurut dia, wisatawan asing ini paham mengenai bencana serta meminta informasi yang benar dan garansi ketika bencana terjadi, seperti di Bali ketika Gunung Agung erupsi.
Baik Agung maupun Partha berharap, lembaga terkait membantu menyosialisasikan kebencanaan secara terus menerus. Informasi terbaik dan jelas mengenai situasi terkini sangat dibutuhkan, termasuk prediksi yang mudah diakses para calon turis atau mereka yang sudah ada di Indonesia.
Para praktisi kepariwisataan sadar bahwa geliat pariwisata tidak bisa hanya dari industri pariwisata saja.
Deputi Perencanaan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) B Wisnu Widjaja memahami betapa sensitif isu atau peristiwa kebencanaan terhadap industri pariwisata.
Ia berencana memasukkan mitigasi bencana dan kepariwisataan menjadi agenda serius yang perlu dibicarakan agar bencana tak menjadi informasi yang menakutkan dan terkesan menyalahkan alam. (AYS)