BIREUEN, KOMPAS— Penanganan imigran etnis Rohingya, Myanmar, yang kini ditampung Kabupaten Bireuen, Aceh, memburuk. Anggaran penanganan tak tersedia, pengamanan longgar, dan rencana penempatan ke negara ketiga belum jelas, bahkan sebagian pengungsi dari negara tetangga tersebut kabur.
Kepala Dinas Sosial Bireuen Murdani, Minggu (20/1/2019), mengatakan, dari 79 orang imigran dari Rohingya, 34 di antaranya melarikan diri dari penampungan. Sejak terdampar pada Jumat, 20 April 2018, imigran tersebut ditempatkan di sanggar kegiatan belajar (SKB) milik Pemkab Bireuen. ”Kami sudah kewalahan menangani. Jangan dibebankan pada kami semua. Kami tidak punya lagi anggaran dan kekuatan,” kata Murdani.
Sejak April hingga Desember 2018, katanya, Pemkab Bireuen telah mengeluarkan anggaran besar untuk memenuhi biaya makan, kesehatan, pengamanan, dan operasional. ”Pada 2019, kami tidak menganggarkan sama sekali. Kami tak punya anggaran lagi,” ujar Murdani.
Saat ini, para pihak terkesan lepas tangan menangani imigran Rohingya. Bahkan, badan urusan pengungsi di bawah PBB telah menghentikan subsidi anggaran. Beberapa bulan terakhir, logistik untuk imigran mengandalkan sumbangan.
Pemkab Bireuen menginginkan imigran Rohingya segera dikeluarkan dari kabupaten itu. Sebab, pemkab butuh SKB untuk pelatihan pegawai dan kegiatan lain. Selain itu, fasilitas keamanan SKB minim sehingga tidak layak dijadikan tempat penampungan imigran.
Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Lhokseumawe Safrizal mengatakan, penjagaan sangat lemah karena tidak ada biaya pengamanan. Pengamanan hanya dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja dan sukarelawan tanggap bencana. Staf keimigrasian tak ada yang menetap di SKB, tetapi datang ke Bireuen dari Lhokseumawe secara berkala.
Kaburnya imigran tidak bisa disalahkan kepada siapa pun. Sebab, SKB tak layak jadi tempat penampungan dan Pemkab Bireuen kesulitan pendanaan.
Lembaga internasional bidang pengungsi diharapkan segera memindahkan imigran itu ke negara ketiga. ”Yang bisa kami lakukan sekarang hanya menunggu. Namun, tidak jelas kapan mereka dipindahkan,” kata Safrizal.
Imigran yang kabur diduga telah keluar Bireuen. Letak SKB dengan jalan nasional Medan-Banda Aceh hanya 1 kilometer. ”Mereka tidak mungkin bertahan di Bireuen karena pasti terdeteksi dan kesulitan makanan,” kata Murdani.
Kepala Polres Bireuen Ajun Komisaris Besar Gugun Hardi Gunawan mengatakan, belum ada upaya khusus mengejar imigran. Namun, polisi terus berkoordinasi dengan keimigrasian dan pemkab.