Kementerian Kesehatan Teliti Kasus Demam Berdarah di Kediri
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
KEDIRI, KOMPAS-Kementerian Kesehatan akan meneliti penyebab tingginya angka kematian akibat demam berdarah di Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Hingga Selasa (22/1/2019) korban meninggal di Kediri bertambah satu lagi, menjadi 10 orang.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri mencatat jumlah kasus demam berdarah di wilayahnya terus bertambah. Saat ini terdapat 428 pasien yang terinveksi virus dengue (IVD). Dari jumlah tersebut, sebanyak 173 positif demam berdarah dan sisanya 255 terduga (suspect). Angka ini naik dibanding taggal 18 Agustus yang hanya 384 orang (151 positif dan 233 suspect).
“Korban meninggal bertambah satu lagi, warga Kelurahan Tertek, Kecamatan Pare, yang meninggal pada hari Minggu (20/1/2019). Sehingga total menjadi 10 orang,” ujar Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri Nur Munawaroh, saat dihubungi dari Malang, Selasa siang. Baca juga Demam Berdarah Merebak
Menurut Munawaroh untuk menangani serangan demam berdarah, pihaknya telah menggelar rapat koordinasi bersama dengan Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, dan pusksesmas di wilayah Kediri. Hasil rapat, antara lain, menekankan agar upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) terus digalakkan karena PSN lebih efektif ketimbang upaya pengasapan (fogging).
Hasil rapat lainnya, lanjut Munawaroh, bahwa Kementerian Kesehatan akan melakukan penelitian di Kediri. “Akan diteliti kenapa di sini jumlah kematiannya banyak dibanding daerah lain,” ucapnya.
Akan diteliti kenapa di sini jumlah kematiannya banyak dibanding daerah lain
Munawaroh menambahkan, untuk mendukung penelitian, pihak rumah sakit harus mengirimkan serum penderita demam berdarah ke Surabaya. Dinas Kesehatan Kediri masih berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan dan rumah sakit guna melakukan pengambilan dan pengiriman serum yang dimaksud.
Di luar pengobatan, masyarakat Kediri dimbau untuk terus melakukan PSN serentak. Pemerintah Kabupaten meminta PSN dilakukan minimal selama satu bulan ke depan. Selain PSN, Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri dan puskesmas juga telah melakukan pengasapan terhadap lebih dari 100 titik yang memiliki potensi penularan.
Selain warga, menurut Munawaroh, PSN juga dilakukan dengan melibatkan siswa. Gerakan melibatkan siswa dalam program juru pemantau jentik (Jumantik) satu rumah satu orang jumantik di Kediri sudah dilakukan sejak 2018. Ada 10 kecamatan yang ditunjuk sebagai pilot project kegiatan ini.
Kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan dari jentik nyamuk dinilai masih kurang. Angka bebas jentik nyamuk di sejumlah wilayah di Kediri masih rendah. Munawaroh menceritakan di salah satu daerah di Kecamatan Kandat, angka bebas jentiknya hanya 45 persen. Artinya, dari 100 rumah hanya ada 45 rumah yang bebas jentik nyamuk.
Sementara itu Novi W Ningrum (37), salah satu warga Desa Tugu, Kecamatan Purwoasri, mengatakan, pihaknya telah memeroleh sosialisasi tentang PSN dari sekolah anaknya yang berada di wilayah desa lain. Sedangkan sosialisasi dari aparat desa sendiri ia belum dengar.
“Kalau di tempat sekolah anak saya (Desa Purwodadi, Kecamatan Purwoasri) ada imbauan untuk PSN. Di sana ada lima anak yang terkena demam berdarah. Kalau di desa saya belum ada yang kena dan semoga tidak ada,” katanya.