Tulang Manusia Ditemukan dalam Perut Buaya di Bitung
Oleh
Jean Rizal Layuck
·2 menit baca
MANADO, KOMPAS — Sejumlah ruas tulang belulang manusia dewasa ditemukan di perut buaya yang mati di Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki, Kota Bitung, Sulawesi Utara. Buaya seberat 700 kilogram itu sebelumnya dievakuasi petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulut dari Tanawangko, Kabupaten Minahasa.
Kepala Subtata Usaha Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut Hendriks Rundengan di Manado, Selasa (22/1/2019), mengatakan, hasil otopsi buaya pada Minggu (20/1/2019) didapat beberapa ruas tulang dan jari di dalam perut satwa tersebut. Di samping itu, ditemukan pula sobekan pakaian.
Hendriks mengatakan, buaya bernama Merry berusia di atas 20 tahun itu mati Minggu lalu dan telah dikubur di Batuputih, Bitung. Sebelumnya, buaya itu dievakuasi petugas BKSDA Sulut dari penangkaran sebuah perusahaan di Tanawangko, Minahasa.
Buaya itu dievakuasi setelah diduga memangsa seorang warga, Desy Tuwo, karyawan perusahaan itu. Jasad Desy ditemukan di lokasi penangkaran dengan kondisi tubuh tercabik, sebagian telah hilang.
Diteliti
Kesaksian Erling Rumengan (37) menyebut menemukan jasad Desy di kolam penangkaran dengan kondisi tubuh tidak utuh. ”Saya kaget melihat korban di penangkaran buaya,” katanya. Penangkaran buaya itu berada di dalam perusahaan pembibitan mutiara milik seorang warga Jepang.
Selanjutnya, Hendriks menyebut, sejumlah organ dari tubuh buaya telah diambil untuk diteliti di Balai Besar Veteriner di Maros, Sulawesi Selatan. Sebagian tulang belulang manusia itu juga diambil.
Penelitian di Maros, ujar Hendriks, untuk mencari tahu penyebab kematian buaya tersebut. Akan tetapi, tim dokter hewan dari PPS Tasikoki menyebut buaya itu mati disebabkan faktor awal evakuasi.
Petugas PPS Tasikoki Dwielma Nubatonis mengatakan, salah satu penyebab kematian buaya karena terjadi akumulasi gas dalam lambung satwa tersebut. ”Penyebab lain, buaya mengalami heatstroke saat proses evakuasi,” katanya.