Atap Kelas Ambruk, Kegiatan Belajar-Mengajar Terhambat
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Angin kencang di Kota Semarang, Kamis (24/1/2019) membuat atap satu ruang kelas di SDN Srondol Kulon 01, Banyumanik ambruk total. Sejak Jumat (25/1), puing-puing atap serta genting kelas tersebut dibersihkan. Kegiatan belajar mengajar terhambat karena sebanyak 28 siswa terpaksa diungsikan.
Sejak Jumat pagi, tim gabungan yang terdiri dari Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat (FKPM) Sriti, Bantuan Komunikasi (Bankom) Semarang, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, dan Komando Rayon Militer (Koramil) Banyumanik, kerja bakti membersihkan material.
Guru SDN Srondol Kulon 01, Mujiani, menuturkan, peristiwa itu terjadi pada Kamis sekitar pukul 14.00. Kebanyakan siswa sudah pulang, kecuali siswa kelas VI. "Saat itu tidak hujan, tetapi angin sangat kencang. Siswa melihat genting beterbangan. Dalam beberapa detik, atap langsung ambruk," ujarnya.
Mendengar suara gemuruh, Mujiani langsung meminta para siswa berkumpul di lapangan dan menjauh dari kelas. Tidak ada korban dalam kejadian tersebut karena tidak ada seorang pun berada di dalam kelas, yang beberapa bulan terakhir difungsikan sebagai kantin tersebut.
Adapun kelas di sebelahnya, selama ini masih digunakan para siswa kelas V. Sebagian plafon di kelas tersebut lepas, tetapi secara umum, tidak ada dampak signifikan. Kendati demikian, kegiatan belajar 28 siswa kelas V terpaksa dipindahkan ke ruang guru, guna mencegah terjadinya hal serupa.
Mujiani menambahkan, secara umum kegiatan belajar mengajar di SDN Srondol Kulon 01 berjalan normal. "Namun, kami antisipasi, apabila hujan deras atau ada angin, siswa langsung kami evakuasi. Sementara ruang kelas yang ambruk, memang sebelumnya sudah ada rencana untuk direnovasi," ucapnya.
Slamet dari FKPM Sriti Semarang, menuturkan, setelah mendapat laporan pada Kamis, pihaknya langsung menuju lokasi, serta berkoordinasi dengan sejumlah instansi terkait. "Kami melakukan survei terlebih dulu. Lantaran hujan terus menerus, kerja bakti baru dilakukan pagi ini (Jumat)," ujar Slamet.
Slamet menuturkan, hujan serta angin kencang yang melanda Kota Semarang membuat pihaknya terus bersiaga. Menurut dia, dalam tiga hari terakhir, terdapat sejumlah bencana meski sifatnya ringan. Di antaranya, atap rumah ambruk di Muktiharjo Lor (Genuk) dan longsor di Lempongsari (Gajahmungkur).
Kepala BPBD Jateng Sarwa Pramana, menuturkan, dari informasi Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, periode musim hujan di sebagian wilayah Jateng meningkat pada akhir Januari hingga pertengahan Februari 2019. Daerah rawan longsor, daerah aliran sungai, pantai, diminta waspada. Selain itu, perlu diwaspadai pula potensi angin kencang secara mendadak.
Sejumlah kabupaten di sekitar pegunungan tengah di Jateng, seperti Wonosobo, Banyumas, Kebumen, Purworejo bagian utara, Purbalingga, Banjarnegara, dan Pekalongan bagian selatan dinilai rawan bencana longsor. "Terutama akhir Januari ini sampai awal Februari atau pergantian bulan," ujar Sarwa.