Pohon Cemara Udang Pengganti Konstruksi Pemecah Ombak
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Selain mendirikan rumah-rumah pompa dan tanggul laut, Pemerintah Kota Surabaya juga terus menanam pohon cemara udang di kawasan pesisir pantai utara. Hal ini dilakukan sebagai salah satu solusi untuk menghadang jika terjadi ombak besar yang melanda kawasan pantai utara.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan sejak awal kepemimpinannya, pihaknya terus menanam pohon cemara udang di tepi pantai utara. Penanaman, terutama di wilayah sepanjang pantai, seperti Bulak, Kenjeran, dan sekitaran Jembatan Suramadu. Pemilihan kawasan itu karena daerah tersebut tidak bisa ditanami mangrove sehingga ia memilih menanam pohon cemara udang.
”Selain bikin tanggul lau sepanjang 5 kilometer, Pemkot Surabaya juga menanam cemara udang. Jadi, cemara udang itu untuk nahan ombak-ombak laut. Jadi, ketika ombak datang, yang dihantam lebih dulu pohon cemara sebelum ke daratan sehingga ada waktu ombak mereda sebelum menepi,” ujar Wali Kota Risma saat meninjau kawasan pantai pada Jumat (25/1/2019).
Ia menyampaikan, kawasan pesisir pantai dinilai lebih rawan terkena banjir. Hal ini karena ada dua faktor kemungkinan yang dapat menyebabkan wilayah pesisir banjir. Pertama, intensitas curah hujan tinggi. Kedua, timbulnya air rob atau pasang. ”Jadi memang yang daerah-daerah pantai itu menghadapi dua faktor, curah hujan tinggi sama air rob, untuk itu harus pintar-pintar menyiasati agar kawasan yang rawan terkena gelombang tinggi dan rob tetap aman,” ujarnya.
Seperti di pantai utara, Kenjeran, Bulak, terus tepi pantai sekitaran Suramadu, ombak hantam cemara udang dulu supaya ombaknya tidak terlalu keras.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini mengatakan, selain membangun tanggul untuk penghadang air rob, penanaman pohon cemara udang dinilai juga penting sebagai metode pemecah ombak besar. Dengan adanya pohon tersebut, diharapkan dapat mengurangi derasnya ombak sebelum mencapai daratan. ”Seperti di pantai utara, Kenjeran, Bulak, terus tepi pantai sekitaran Suramadu, ombak hantam cemara udang dulu supaya ombaknya tidak terlalu keras,” katanya.
Ia mengungkapkan, jika di luar negeri, mereka biasa menggunakan alat konstruksi bangunan untuk memecah derasnya ombak sebelum mencapai daratan. Namun, karena harganya realatif mahal, ia kemudian memilih menanam pohon cemara udang sebagai salah satu solusi lain.
”Kalau yang mangrove, ombak dihadapi mangrove, tapi yang daerah-daerah, seperti Bulak, Kenjeran, sekitaran Jembatan Suroboyo kan ndak bisa, makanya kami tanam cemara udang,” ungkapnya.
Menurut dia, pohon cemara udang dinilai memiliki struktur batang yang kuat. Di samping itu, proses penanamannya juga mudah, apalagi pohon tersebut juga dapat membuat kawasan pesisir utara menjadi lebih rindang. ”Kira-kira lima tahunan sudah besar. Kita terus tanami itu, tambah makin maju, makin maju ke laut, untuk pemecah ombak,” katanya.
Menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga danPematusan Kota Surabaya Erna Purnawati, Pemerintah Kota Surabaya terus melakukan rekayasa agar kota berpenduduk 3,2 juta jiwa ini benar-benar bebas dari banjir, terutama ketika air laut pasang.
Salah satunya dengan menormalisasi seluruh saluran air, membangun tanggul, dan menambah rumah pompa. Pembangunan tanggul laut sepanjang 5 kilometer. Tanggul laut dari Greges hingga Kalianak tak sekadar mencegah banjir, terutama ketika air laut pasang.
Tanggul dan saluran air yang sekaligus difungsikan sebagai jalan raya juga diterapkan di beberapa lokasi. Pembangunan tanggul di wilayah Surabaya utara, terutama Tambak Osowilangun, karena setiap tahun langganan banjir dan rob.