KUPANG, KOMPAS- Puluhan warga Kelurahan Oesapa Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur ramai-ramai mendatangi pantai pasir putih Oesapa, Kota Kupang setiap sore hari, sejak musim hujan pertengahan Desember 2018 sampai hari ini. Mereka beramai-ramai menggali pasir putih halus untuk mencari “kabea” atau siput kecil. Siput ini direbus kemudian diambil dagingnya sebagai pengganti lauk.
Joana Loboh (51) warga Kelurahan Oesapa Kota Kupang di Kupang, Sabtu (26/1/2019) mengatakan, saat ini cuaca laut sedang memburuk. Gelombang tinggi menyebabkan warga kesulitan mendapatkan ikan segar. Kalau ada ikan segar pun harganya sampai tiga kali lipat dari harga sebelumnya.
“Melengkapi makan di rumah, warga di sini setiap sore dan pagi hari mencari kabea atau siput kecil di pasir ini. Kabea ini biasanya bersembunyi di dalam pasir halus, dengan kedalaman 5-50 cm. Makin dalam, kabea yang ditemukan makin besar. Ukuran kabea terbesar sebesar kuku ibu jari orang dewasa,”kata Loboh.
Biasanya siput ini direbus, diambil daging, langsung dimakan atau digoreng. Terkadang sebagian orang memanfaatkan kabea untuk sambal, rasanya lebih nikmat dan gurih. Tetapi ada pula warga yang langsung mengkonsumsi daging kabea mentah begitu dikeluarkan dari cangkangnya.
Loboh mengatakan, setiap datang ke pantai itu, ia mendapatkan 3-4 kg kabea, dalam kurun waktu 1-2 jam mencari. Sebelumnya, yakni tahun 1990-an kabea sangat banyak. Dalam tengkat waktu 1-2 jam, ia bisa mengumpulkan 10 -15 kg kabea.
Tidak hanya kabea, tetapi siput besar, kima, dan gurita pun mudah ditemukan di pantai Oesapa. Sekarang, siput besar, kima, dan gurita tidak lagi ditemukan. Hanya siput kecil bersembunyi di dalam pasir. Untuk mendapatkan siput kecil itu, pengunjung harus butuh waktu lebih dari satu jam.
Tetapi datang ke pantai Oesapa, menurut Loboh, tidak sekedar mencari kabea, tetapi juga untuk rekreasi. Banyak rekan Loboh ikut dalam perburuan kabea. Mereka juga membawa air minum dan makanan ringan. Sambil berburu kabea, mereka juga mandi pasir, dan berendam di air laut.
Tetapi karena gelombang laut sedang tidak bersahabat, mereka pun mengurungkan niat untuk mandi di air laut. Sebagian besar warga memilih mencari siput di bibir pantai, sambil mengamati gelombang laut yang datang dari arah laut Australia.
Masing-masing peserta membawa wadah untuk menyimpan kabea, dan tongkat kayu untuk menggali pasir. Mereka duduk berjajar sepanjang bibir pantai sambil mengorek pasir, sambil mengamati kalau ada kabea yang tersembunyi di dalam pasir.
Tidak hanya orang dewasa tetapi bocah-bocah dan remaja pun ikut berburu kabea. Biasanya mereka membantu orangtua mencari kabea.
Ketua RT 11/2 Kelurahan Oesapa Joni Nikson mengatakan, telah melarang warga berada di bibir pantai. Gelombang laut sedang tidak bersahabat, tetapi warga tetap datang ke pantai itu. Selain rekreasi, juga mencari kabea.
“Pantai ini landai. Air surut cukup jauh sampai 200 meter sehingga warga boleh bergerak bebas,”kata Nikson.