Kecelakaan di Ruas Medan-Berastagi Timbulkan Kemacetan
Oleh
Nikson Sinaga
·2 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Kecelakaan lalu lintas di Jalan Medan-Berastagi di Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, kembali memakan satu korban jiwa dan menciptakan kemacetan panjang. Masyarakat selama ini mengeluhkan ruas jalan yang sempit, padat, serta banyak tikungan dan tanjakan. Padahal, jalan itu menghubungkan Medan dengan 11 kabupaten di Sumut dan Aceh.
Kepala Unit Lalu Lintas Kepolisian Sektor Pancur Batu Inspektur Satu S Sinulingga mengatakan, kecelakaan terjadi pada bus Sumatera Transport (Sutra) yang mengangkut penumpang dari Kabanjahe menuju Medan, Minggu (27/1/2019) malam.
Bus Sutra bernomor polisi BK 7108 SC itu ambruk melintang di jalan dan menelan satu korban jiwa. Sebanyak 11 penumpang lainnya mengalami cedera. Sementara sopir bernama Sastrawan Ginting (30) melarikan diri setelah kecelakaan.
Sinulingga, Senin (28/1/2019), mengatakan, kondisi jalan saat itu sangat licin karena turun hujan deras. ”Bus berupaya mendahului sebuah mobil minibus,” kata Sinulingga. Namun, setelah mendahului mobil itu, bus oleng dan roboh ke sebelah kiri.
Posisi bus saat yang roboh melintang di jalan sehingga menghalangi arus lalu lintas. Pengendara bisa lewat, tetapi harus bergantian dari tiap arah. Antrean panjang pun sempat terjadi beberapa kilometer ke arah Medan maupun ke arah Berastagi. Bus tersebut berhasil dipindahkan setelah beberapa jam.
Rawan kecelakaan
Ketua Ikatan Cendekiawan Karo Sumatera Utara (IKCSU) Budi D Sinulingga mengatakan, Jalan Medan-Berastagi merupakan jalan yang sangat rawan kecelakaan karena banyak tanjakan, turunan, dan tikungan. Jalan tersebut pun sempit, padahal dilalui banyak kendaraan. Ada sekitar 25.000 kendaraan per hari yang melalui jalan tersebut (Kompas, 3/12/2018).
Budi mengatakan, kecelakaan sangat sering terjadi dan sudah seperti bencana karena ribuan pengendara akan terjebak kemacetan panjang. Perjalanan normal Medan-Berastagi yang hanya dua jam bisa menjadi delapan jam atau lebih.
Budi mengatakan, jalur itu mendesak untuk dibenahi dengan membangun jalan bebas hambatan, pembangunan jembatan layang untuk mengurangi tikungan, atau pembangunan jalur alternatif.