Korban Mobil Tenggelam di Sungai Brantas Dievakuasi
Oleh
Edna C Pattisina
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penyelaman malam hari yang dilakukan Batalyon Intai Amfibi (Yontaifib) 2 Marinir Surabaya berhasil mengevakuasi tiga jenazah dan mobil yang tenggelam di Sungai Brantas, tepatnya di Desa Ngunut, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Selasa (29/1/2019).
Evakuasi berlangsung selama empat jam. Derasnya arus Sungai Brantas menjadi kendala utama, selain jarak pandang di dalam sungai yang sangat terbatas. Komandan Tim Penyelam Lettu Haeruddin mengatakan, pada pukul 21.47 posisi mobil yang tenggelam sebenarnya sudah diketahui dan ditandai oleh tim selam. Evakuasi direncanakan dilakukan pada pagi harinya.
”Tapi berdasarkan pertimbangan cuaca yang cukup cerah, malam itu juga kami lakukan penyelaman langsung,” kata Haeruddin.
Saat evakuasi, tim penyelam tidak menemui kesulitan, termasuk saat mengevakuasi korban yang berada di kursi tengah dengan membuka pintu samping mobil. Kendala muncul saat tim penyelam mengevakuasi dua jenazah yang berada di bagian belakang mobil tempat korban terjepit oleh bangku mobil yang ada di depannya. Tim kemudian membuka pintu bagian kemudi dan membuka pintu belakang bagian bagasi sehingga korban dapat dievakuasi melalui pintu belakang mobil.
Identitas korban
Ketiga korban tersebut adalah Fitri Nur Siyam (33), warga Kedung Asem, Surabaya; Siti Yuniarti (35), warga Rungkur Lor, Surabaya; dan Alfiyah (61), warga Desa Pandansari, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung.
Dengan dievakuasinya ketiga jenazah korban ini, pencarian dan evakuasi korban yang dilakukan tim SAR dinyatakan selesai. Kehadiran tim penyelam dari Yontaifib-2 Marinir berdasarkan permintaan tim SAR Pemprov Jatim untuk membantu tim SAR yang sudah ada di lokasi.
Hari ini, tim akan berupaya melanjutkan untuk mengangkat kendaraan Toyota Avanza dengan nomor polisi L 1147 BF dari dalam sungai.
Kecelakaan mobil yang memakan tiga korban jiwa ini terjadi pada Sabtu (26/1/2019) malam ketika satu mobil hendak menyeberang aliran Sungai Brantas dengan menggunakan jasa kapal penyeberangan atau biasa disebut dengan tambangan. Kendaraan yang ditumpangi oleh enam orang tersebut tercebur ke sungai ketika antre di dermaga untuk menyeberang.
Ketika mobil berada di bibir dermaga, dua penumpang turun untuk memberi aba-aba agar kendaraan menjauh dari bibir dermaga. Kondisi jalan dermaga menurun dan sopir tidak bisa menguasai mobil. Akibatnya, mobil tercebur ke Sungai Brantas. Sopir dan dua orang lainnya dapat menyelamatkan diri, sedangkan tiga penumpang lain meninggal dunia.