JAYAPURA, KOMPAS — Pencarian sembilan nelayan yang tenggelam di perairan Merauke, Papua, tertunda karena cuaca buruk hingga Senin sore. Tinggi gelombang laut mencapai sekitar 4 meter.
”Apabila cuaca membaik, tim SAR gabungan akan kembali mencari sembilan nelayan itu, Selasa (29/1/2019),” kata Darmawan dari bagian Humas Kantor SAR Merauke, dihubungi dari Jayapura, Senin (28/1).
Kapal Motor Lang 01 yang mengangkut 13 nelayan tenggelam dihantam gelombang tinggi di perbatasan Merauke dan Kabupaten Boven Digoel, Kamis lalu.
Empat nelayan ditemukan meninggal. Itu kecelakaan laut kedua dalam sepekan terakhir di perairan selatan Papua. Sebelumnya, perahu tiga nelayan tenggelam di perairan Mimika.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan cuaca buruk untuk kawasan perairan selatan Papua. Pelayaran transportasi dan nelayan dengan kapal kecil diimbau menghindari perairan itu.
Kecepatan angin di laut maksimum 30 knot atau 55,6 kilometer per jam. ”Tinggi gelombang laut di wilayah Agats hingga Merauke mencapai 2,5 meter.
Di perairan Arafuru dan Laut Yos Sudarso tinggi gelombang mencapai 4 meter,” kata Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili.
”Kami berkoordinasi dengan kantor kesyahbandaran dan otoritas pelabuhan setempat serta TNI AL dan Satuan Polisi Perairan Polres Merauke. Mereka akan larang kapal atau perahu nelayan melintasi perairan itu,” katanya.
Nelayan pantura
Di Jawa Tengah, cuaca buruk sepekan terakhir membuat para nelayan pantai utara Semarang, Demak, dan sekitarnya tak berani melaut. Mereka menghadapi masa paceklik yang diperkirakan hingga Februari.
Sugianto, nelayan di pantai Morodemak, Demak, mengatakan, peringatan cuaca buruk sudah diterima setiap kelompok nelayan dari BMKG Pelabuhan Tanjung Mas. Tinggi gelombang di Laut Jawa berkisar 1,5-2,5 meter.
”Tahun lalu, tiga nelayan hilang terjatuh dari perahu saat cuaca buruk. Itu jadi pelajaran,” ujarnya.
Kemarin, ratusan perahu nelayan sandar di dermaga Kampung Bahari, Tambaklorok, Semarang Utara. Beberapa nelayan terlihat memperbaiki jaring.
”Seminggu ini praktis tidak ada nelayan nekat melaut, takut perahu dihantam gelombang,” ujar Abidin, nelayan. (FLO/WHO)