Dua Korban Kapal Tenggelam di Muara Digul Ditemukan
Oleh
Fabio Costa
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS - Tim SAR gabungan dan warga berhasil menemukan dua jenazah diduga awak Kapal Motor Lang 01 yang tenggelam di Muara Sungai Digul, Kabupaten Boven Digoel sejak dua hari terakhir. Namun sejauh ini, keduanya belum dapat terindentidikasi.
Pegawai Bidang Humas Kantor Pencarian Dan Pertolongan (SAR) Merauke, Darmawan saat dihubungi dari Jayapura, Rabu (30/1/2019), mengatakan, jenazah kedua korban kapal tenggelam ditemukan pada Senin dan Selasa kemarin. Sebelumnya pada Minggu (27/1/2019), tim telah menemukan sebanyak empat awak kapal.
Kapal Motor Lang 01 yang mengangkut 13 nelayan tenggelam dihantam gelombang laut di muara sungai Digul di perairan selatan Papua, perbatasan antara perairan Merauke dan Boven Digoel, Kamis (24/1/2019).
"Kedua jenazah ditemukan di Perairan Merauke dan pesisir Pantai Tabonji. Kami baru mendapat informasi ini karena masalah jaringan komunikasi yang tidak memadai. Total sebanyak enam jenazah telah ditemukan hingga Rabu ini," papar Darmawan.
Ia mengatakan, masih terdapat tujuh awak Kapal Motor Lang yang belum ditemukan. Proses pencarian para korban masih tetap berlanjut hingga Jumat (1/2) ini. Hingga Minggu (27/1) kemarin, empat awak kapal ditemukan meninggal dunia.
Adapun identitas empat korban meninggal dunia yang telah ditemukan tim SAR gabungan dan berhasil terindentidikasi adalah Tjung Meng selaku nakhoda kapal, Herman, Naseran, dan Mohammad Iman Jumali.
Dalam sepekan terakhir, telah terjadi dua kali kasus kecelakaan laut akibat cuaca buruk. Sebelumnya, sebuah perahu yang mengangkut tiga nelayan tenggelam karena dihantam gelombang laut di Perairan Mimika pada, 24 Januari 2019 lalu. Tiga nelayan berhasil dalam musibah ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika mengeluarkan peringatan cuaca buruk di kawasan Perairan Selatan Papua dengan tinggi gelombang laut maksimal mencapai hingga 4 meter hingga 3 Februari mendatang. Para nelayan dan pengelola jasa transportasi laut jenis feri dan perahu dihimbau untuk beraktivitas di perairan tersebut.
Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili memaparkan, penyebab cuaca buruk di Perairan Selatan Papua dipicu karena perbedaan tekanan angin dari Utara Australia dan Benua Asia. Kondisi ini menyebabkan kecepatan angin bertambah.
Kecepatan angin di laut maksimum mencapai 30 knot atau 55,56 kilometer per jam. Kondisi inilah yang dapat memicu tinggi gelombang laut terus bertambah.
"Tinggi gelombang laut di wilayah Agats hingga Merauke mencapai 2,5 meter. Sementara Perairan Arafuru dan Laut Yos Sudarso mencapai 4 meter, " papar Petrus.
Ia menuturkan, untuk jenis perahu nelayan sangat berbahaya dengan tinggi gelombang laut di atas 1,25 meter, kapal tongkang dengan tinggi gelombang laut di atas 1,5 meter dan kapal feri sangat berbahaya melintas perairan dengan tinggi gelombang di atas 2,5 meter.
"Kami telah berkoordinasi dengan pihak Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan setempat serta TNI Angkatan Laut dan Satuan Polisi Perairan Polres Merauke. Mereka akan melarang kapal atau perahu nelayan yang melintasi perairan tersebut," tambahnya.