Masih Ada Warga yang Enggan Berantas Sarang Nyamuk
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
KEDIRI, KOMPAS-Agar kasus demam berdarah segera bisa ditekan, masyarakat perlu terus diedukasi untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk atau PSN. Sejauh ini masih ada warga yang belum paham sepenuhnya terhadap manfaat PSN sebagai salah cara preventif menangkal perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.
Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri Nur Munawaroh, Jumat (1/2/2019), mengatakan, masih ada warga yang belum proaktif dan terkesan enggan diajak membersihkan lingkungan. Hal ini diketahui saat Juru Pemantau Jentik memeriksa dari rumah ke rumah warga.
“Ada warga yang masih susah. Hanya warga yang didatangi petugas saja yang mau bergerak ikut membantu membersihkan lingkungan. Warga yang lain, yang tidak didatangi oleh petugas, enggan bergerak. Mereka harus terus diberi pendidikan tentang perilaku hidup bersih dan sehat,” ujarnya.
Ada warga yang masih susah. Hanya warga yang didatangi petugas saja yang mau bergerak ikut membantu membersihkan lingkungan. Warga yang lain, yang tidak didatangi oleh petugas, enggan bergerak. Mereka harus terus diberi pendidikan tentang perilaku hidup bersih dan sehat.
Menurut Munawaroh angka bebas jentik di masyarakat masih tinggi. Belum semua jentik nyamuk hilang. Ada daerah yang bebas jentiknya hanya 40 persen. Artinya dari 100 rumah yang diperiksa, hanya 40 rumah yang bebas dari jentik nyamuk.
Padahal angka demam berdarah di Kabupaten Kediri cukup banyak dan penderitanya terus bertambah. Sampai awal Februari ini, jumlah penderita positif demam berdarah di wilayah itu mencapai 416 kasus dengan kematian 12 orang.
Salah satu Juru Pemantau Jentik Retno Handayani, membenarkan tentang adanya warga yang menolak dengan alasan terkadang kurang masuk akal. Selain itu, ada juga warga yang merespon hanya sebatas kata-kata tidak sampai pada tindakan. Fenomena ini umumnya terjadi di desa-desa yang cukup terpencil.
“Misalnya, kami menyarankan agar warga menguras bak mandi karena di dalamnya ada jentik. Namun, warga hanya merespon ‘iya-iya’ saja. Begitu kami beranjak, mereka tidak melaksanakan. Karena itu, petugas harus membantu turun tangan menguras bak mandi semen yang ukurannya besar,” ucapnya.
Kondisi yang sama terjadi di Kabupaten Blitar, yang angka demam berdarahnya juga cukup tinggi. Sampai awal Februari jumlah kasus demam berdarah di Kabupaten Blitar mencapai 254 dengan jumlah penderita meninggal 4 orang. Baca: DBD Merebak di Sejumlah Daerah
“Di Blitar juga sama. PSN kalau dilakukam terus-menerus dan rutin insyaallah demam berdarah terkendali. Cuman, kan, masyarakat sini susah. Kendalanya ada di masyarakat,” ujar Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Krisna Yekti, yang dihubungi secara terpisah. Di Blitar, hari Jumat ini juga dilakukan PSN serentak.