Dua ribu angpau dan empat ribu jeruk mandarin dibagi-bagikan kepada umat seusai misa Imlek di Gereja Katolik Santa Theresia, Jambi. Itu menjadi simbol harapan bagi umat agar senantiasa dilimpahi kebahagiaan dan kesejahteraan.
Angpau dalam amplop merah darah itu dibagikan seusai umat menerima komuni. Umat semringah menerimanya. Tak peduli berapa nilai uang di dalamnya, mendapat angpau seakan menerima berkat melimpah di awal tahun.
Berkat lain yang dibagi-bagikan seusai misa adalah jeruk mandarin. Setiap jemaat menerima dua buah. Sebelum diberikan, seluruh buah diberkati Romo Pius Pujowiyanto, SCJ, yang memimpin misa Imlek. Ia didampingi Romo Antonius Dwi Raharjo, SCJ dan Romo Paulus Kristanto, SCJ.
Dalam khotbahnya, Romo Pius menekankan, tahun yang baru memberikan harapan baru dan keberuntungan. Umat diingatkan senantiasa menyandarkan hidup kepada Tuhan, apa pun shionya.
Kemeriahan perayaan Imlek juga menyebar di tujuh kelenteng di Kota Jambi. Tahun baru itu disambut atraksi barongsai dan tari-tarian. Lapangan Balai Kota Jambi juga dipasangi 200 lampion.
Di Medan, Sumatera Utara, perayaan Imlek di Maha Wihara Maitreya di kompleks Cemara Asri penuh suasana persaudaraan dan pengharapan. Bukan hanya umat Buddha yang datang, masyarakat agama lain juga datang berlibur, menjalin persaudaraan, dan menambah pengetahuan tentang Imlek.
Umat Buddha silih berganti bersembahyang di Maha Wihara Maitreya. Ada sekitar 5.000 umat bersembahyang di kompleks wihara seluas 4,5 hektar itu. Suasana begitu khidmat. Mereka membakar dupa, lalu bersimpuh berdoa.
Seusai membakar dupa, umat mengelus perut Rupang (patung) Buddha Maitreya setinggi 3 meter. Rupang dengan wajah penuh tawa ria itu di depan wihara menyambut setiap yang datang. ”Buddha Maitreya simbol sukacita, kebahagiaan, kesejahteraan, dan keberuntungan,” kata Ketua Acara dan Perayaan Umum Maha Wihara Maitreya Marwin Tan.
Setelah mengelus perut Rupang Buddha Maitreya, umat Buddha mengambil secara acak nasihat dari Buddha Maitreya dalam kertas kartu. Nasihat itu akan menjadi pedoman hidup umat selama satu tahun. Kartu itu biasanya ditaruh didompet agar mudah untuk dibaca kembali.
Marwin mengatakan, simbol pengharapan juga selalu terasa kuat dalam setiap perayaan Imlek. Karena itu, perayaan Imlek di wihara itu dipenuhi nuansa pengharapan.
Tentu saja, pengharapan segala hal yang baik patut disampaikan, terutama di tahun politik yang gaduh ini. Hendra Wijaya (35) yang datang bersembahyang bersama istri dan dua anaknya berharap di tahun baru ini perekonomian keluarga dan Indonesia membaik. ”Membawa kesejahteraan bagi keluarga dan bangsa,” katanya. Amin. (ITA/NSA)