Pemprov Jateng Diminta Lebih Fokus Tangani Kasus Anak ”Stunting”
Oleh
WINARTO HERUSANSONO
·3 menit baca
DEMAK, KOMPAS — Angka anak di bawah lima tahun yang menderita stunting atau pertumbuhan tidak maksimal di Jawa Tengah masih tergolong tinggi. Di daerah ini, sekitar 28 persen anak di bawah lima tahun menderita stunting. Bahkan, di beberapa kabupaten, persentasenya bisa mencapai 32 persen.
Ketua Tim Panitia Khusus Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Jawa Tengah Abdul Aziz, Rabu (6/2/2019), mengatakan, Pemprov Jateng mesti lebih serius menangani kasus-kasus kurang gizi atau stunting di perkotaan ataupun perdesaan. Meskipun dikenal sebagai gudang beras, ternyata di provinsi tersebut masih banyak anak-anak di bawah lima tahun yang pertumbuhannya tidak maksimal, kerdil, dan kurus.
”Dari segi penanganan kesehatan penyakit tidak menular, seperti penuntasan kasus-kasus anak terlambat tumbuh kembang, pada 2019 ditargetkan bisa mencapai 40 persen. Lewat program deteksi dini maupun program nginceng wong meteng (meneropong ibu hamil) angka ini didorong meningkat menjadi 52 persen pada 2023,” ujar Aziz.
Dia menyatakan, anak-anak stunting tidak hanya menimpa kalangan keluarga miskin. Keluarga yang berada pun, apabila lingkungan dan pola hidupnya tidak teratur, juga berpotensi terkena stunting. Namun diakui, anak-anak yang mengalami stunting paling rentan dari keluarga miskin dan orangtuanya tak memiliki pekerjaan tetap serta berada di lingkungan kumuh.
Ada empat daerah dengan angka stunting cukup tinggi, yakni Kabupaten Brebes, Pemalang, Cilacap, dan Demak. Dia juga mengingatkan, kasus anak stunting seperti halnya fenomena puncak gunung es yang tampak sedikit di permukaan, tetapi sebenarnya jauh lebih besar. Bahkan, Aziz memperkirakan jumlah anak-anak stunting yang tidak terdata bisa 2-3 kali lipat dari jumlah tercatat.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yulianto Prabowo mengakui, penanganan kasus pertumbuhan anak tidak maksimal masih belum tuntas. Pihaknya sudah melakukan upaya pencegahan peningkatan anak stunting dengan memperhatikan ibu hamil dari kalangan keluarga miskin.
Mereka yang hamil diberi tablet penambah darah sebagai awal pencegahan. Selain itu, mereka tetap dipantau supaya mematuhi anjuran bidan, ahli gizi, ataupun tenaga kesehatan di desa dengan tetap menjaga asupan gizi bagi bayi dalam kandungannya.
Melalui program Nginceng Wong Meteng, yang diluncurkan sejak 2015 oleh Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, ada indikasi penurunan angka kelahiran anak kurang gizi. Hanya saja, persoalan muncul akibat asupan gizi anak buruk karena kondisi ekonomi yang lemah. Akibatnya, banyak anak-anak tadi tidak tumbuh sempurna.
Mereka yang hamil diberi tablet penambah darah sebagai awal pencegahan. Mereka tetap dipantau supaya mematuhi anjuran bidan, ahli gizi, ataupun tenaga kesehatan di desa dengan tetap menjaga asupan gizi bagi bayi dalam kandungannya.
Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Demak Agnes Hapsari menuturkan, pihaknya telah memperoleh bantuan paket bahan pokok untuk 52 anak-anak stunting di wilayah Demak. Bantuan paket bahan pokok itu berasal dari Kementerian Sosial RI.
Bantuan paket bahan pokok senilai Rp 1 juta per paket di antaranya berupa minyak goreng, susu, gula pasir, serta makanan tambahan yang bersifat stimulus untuk membantu anak-anak penderita kurang gizi. Saat ini pihaknya tengah mengajukan bantuan program serupa untuk anak-anak stunting yang belum menerima bantuan.