Kabupaten Cirebon Luncurkan ”Gebrak” Cegah Demam Berdarah Dengue
Jumlah kasus demam berdarah dengue di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terus meningkat. Dinas kesehatan setempat pun meluncurkan gerakan Gerakan Berantas Sarang Nyamuk (Gebrak) DBD untuk mengantisipasinya.
Oleh
Abdullah Fikri Ashri
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Jumlah kasus demam berdarah dengue di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terus meningkat. Dinas kesehatan setempat pun meluncurkan gerakan Gerakan Berantas Sarang Nyamuk DBD untuk mengantisipasinya.
”Kenaikan kasus DBD cukup signifikan. Pada Januari tahun ini, sudah 64 orang terkena DBD. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, tercatat 22 kasus DBD,” ujar Penjabat Bupati Cirebon Dicky Saromi saat meluncurkan Gerakan Berantas Sarang Nyamuk (Gebrak) DBD di Kelurahan Perbutulan, Kecamatan Sumber, Jumat (8/2/2019).
Hingga saat ini, Dinkes Kabupaten Cirebon belum menerima laporan adanya korban jiwa akibat DBD. Tahun lalu, dari 215 kasus, sebanyak delapan orang meninggal. Kasus DBD melonjak pada musim hujan seperti saat ini. Hujan masih kerap mengguyur wilayah Cirebon pada sore hingga malam hari pada Februari ini.
Untuk mengantisipasi meluasnya kasus DBD, Dinkes setempat meluncurkan program Gebrak DBD. ”Gerakan ini antara lain membersihkan saluran air dan sampah yang dapat menjadi media berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti, pembawa DBD,” ujar Dicky.
Saat peluncuran Gebrak DBD di Perbutulan, puluhan siswa sekolah dasar setempat diajak membersihkan lingkungan bersama masyarakat. Selain terdapat sampah di selokan, barang bekas juga masih tampak berhamburan di sekitar rumah warga.
Di Perbutulan, petugas masih menemukan kasus DBD. Petugas juga melakukan pengasapan (fogging) di saluran air, permukiman warga, dan sejumlah sekolah. Pengasapan tersebut merupakan yang kedua kali setelah Kamis (24/1/2019).
Pengasapan dilakukan hingga radius 200 meter dari titik penemuan kasus. Selain itu, pengasapan juga berdasarkan penemuan dua orang yang menderita demam tinggi dan rumah yang bebas jentik nyamuk kurang dari 95 persen.
Menurut Kepala Dinkes Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni, kegiatan tersebut juga dilakukan serentak di 40 kecamatan. Pihaknya juga menggalakkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui peran juru pemantau jentik (jumantik) yang dibentuk setiap puskesmas.
Para jumantik akan mengingatkan warga untuk menguras dan menutup rapat semua penampungan air dan mengubur atau mendaur ulang barang bekas. Dengan begitu, perkembangan sarang nyamuk pembawa DBD dapat dicegah.
Akan tetapi, PSN belum berjalan rutin dan menyeluruh. Ubadillah (39), warga RT 001 RW 012 Kelurahan Perbutulan, mengatakan, belum pernah didatangi jumantik. Selama ini, pencegahan DBD dilakukannya mandiri dengan menguras ember di kamar mandinya tiga kali sehari.
Guru di salah satu sekolah menengah atas di Cirebon itu sempat dirawat 10 hari akibat terjangkit DBD beberapa waktu lalu. Saat itu, ia menderita demam tinggi hingga 40 derajat celsius.
”Untung anak saya sedang berada di pondok pesantren. Kalau di rumah, mungkin dia terkena juga. Di sekitar sini, selain saya, ada dua anak juga terkena DBD,” ujarnya.
Kepala Puskesmas Pamengkang Nila Sofyan mengatakan, salah satu kendala PSN adalah terbatasnya jumlah jumantik. ”Puskesmas kami membawahkan lima desa. Namun, jumlah jumantik hanya lima orang. Sementara ada ribuan rumah yang harus mereka datangi. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan membentuk satu jumantik dalam satu rumah,” ujarnya.