SURABAYA, KOMPAS Pembaca setia harian Kompas ikut berkontribusi mewujudkan Kota Surabaya, Jawa Timur, menuju kota bebas buang air besar sembarangan. Melalui Dana Kemanusiaan Kompas (DKK), bantuan diberikan berupa pembangunan 300 unit jamban sehat senilai Rp 1 miliar.
Serah terima bantuan secara simbolis dilakukan oleh Ketua Yayasan DKK Rusdi Amral kepada sejumlah penerima di Kelurahan Sumberrejo, Kecamatan Pakal, Kamis (7/2/2019).
Acara yang menjadi rangkaian perayaan Hari Pers Nasional (HPN) di Surabaya itu turut dihadiri Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Atal Sembiring Depari, Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya Supomo, dan Camat Pakal Tranggono.
Sehari sebelumnya, di selasela jamuan makan malam peserta Kongres Ke-25 Serikat Perusahaan Pers di rumah dinas Wali Kota Surabaya, Rusdi dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menandatangani nota kesepahaman pembangunan jamban sehat tersebut.
Mereka yang berhak menerima bantuan adalah keluarga yang belum memiliki jamban dan atau septic tank di rumah. Sebab, sebagian warga yang tinggal di dekat kawasan tambak itu membangun saluran pembuangan langsung ke sungai dan tambak. Beberapa di antaranya masih menumpang buang air besar di tetangga.
Tranggono berharap, bantuan dari DKK itu bisa mempercepat Kecamatan Pakal sebagai daerah bebas buang air besar (BAB) sembarangan.
Bantuan berupa jamban sehat dipilih karena hingga saat ini Surabaya belum dinyatakan bebas dari buang air besar sembarangan. Data Dinas Sosial Surabaya menyebutkan, dari 154 kelurahan di Surabaya, baru 60 kelurahan yang dinyatakan bebas (BAB) sembarangan.
”Butuh waktu hingga satu tahun untuk memutuskan bantuan berupa jamban sehat karena kota ini sudah baik. Akhirnya kami melakukan observasi dan koordinasi dengan Dinas Sosial Kota Surabaya hingga akhirnya dipilih membangun jamban sehat di Kecamatan Pakal,” kata Rusdi.
Salah seorang penerima bantuan, Zainul Arifin (59), berterima kasih atas bantuan yang diberikan pembaca setia harian Kompas. Sebelum menerima bantuan jamban sehat, pria yang bekerja sebagai buruh serabutan ini mengalirkan saluran pembuangan ke tambak di belakang rumahnya.
”Saya tidak punya uang untuk membangun septic tank. Selama puluhan tahun, saya harus menahan bau tidak sedap jika membuka pintu belakang rumah karena air tercemar dengan kotoran,” ucap Arifin.
Pembangunan jamban sehat tersebut melibatkan Unit Pembina Keluarga Miskin (UPKM) setempat. Ketua UPKM Kelurahan Sumberrejo Muhammad Tahir Ghazali (72) mengatakan, pembangunan satu unit jamban sehat membutuhkan waktu sehari. Pengerjaannya dilakukan secara gotong royong oleh anggota UPKM dan warga.
Menurut Atal, setiap perayaan HPN diisi dengan kegiatan sosial. Bantuan jamban dari DKK itu dinilai penting karena berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. (SYA)