Sekitar 3.000 orang memeriahkan Festival Literasi Gramedia di Aula Jenderal Soedirman Kodim 0701/Banyumas, Kamis (7/2/2019) hingga Sabtu (9/2/2019). Kegemaran membaca dan pengembangan literasi dasar adalah hal penting yang digencarkan festival ini.
Oleh
MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Sekitar 3.000 orang memeriahkan Festival Literasi Gramedia di Aula Jenderal Soedirman Kodim 0701/Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (7/2/2019) hingga Sabtu (9/2/2019). Kegemaran membaca dan pengembangan literasi dasar adalah hal penting yang digencarkan festival ini.
Festival Literasi Gramedia di Banyumas ini merupakan sinergi antara Gramedia dan Pemerintah Kabupaten Banyumas. Festival di Banyumas ini merupakan festival keempat setelah sebelumnya digelar di Surabaya, Yogyakarta, dan Lombok.
Data UNESCO menunjukkan, indeks minat baca masyarakat Indonesia adalah 0,001. Artinya, dari 1.000 orang, hanya ada 1 orang yang memiliki minat baca bagus. Selain itu, berdasarkan data dari World’s Most Literate Nations, tingkat literasi Indonesia menempati peringkat ke-60 dari 61 negara yang diteliti.
”Lewat literasi, orang diharapkan membaca dulu sebelum bicara. Orang membaca dulu sebelum sharing dan broadcast. Jangan asal nyebar hoaks,” kata Corporate Secretary PT Gramedia Asri Media Yosef Adityo, Minggu (10/2/2019).
Yosef menyampaikan, acara ini mengundang sejumlah narasumber penulis dari Jakarta untuk meningkatkan enam poin literasi dasar warga. Enam literasi dasar itu adalah literasi baca-tulis, literasi numerik atau angka, literasi finansial atau keuangan, literasi digital, literasi kebudayaan, dan literasi kewargaan.
”Untuk literasi digital ada Kang Maman (Maman Suherman) yang berbicara tentang bagaimana menangkal hoaks, bagaimana memilah informasi,” katanya.
Selain itu, ada pula lomba menggambar, karnaval, mendongeng (story telling) menggunakan bahasa ”penginyongan” atau ”ngapak”, serta pemaparan literasi finansial yang disampaikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
”Kami bekerja sama dengan OJK yang menyampaikan bagaimana agar kita melek investasi, kredit secara aman,” ujar Yosef.
Roro Hendarti, pegiat literasi dari Purbalingga dan pelopor perpustakaan keliling Limbah Pustaka, mengapresiasi festival literasi tersebut. ”Adanya karnaval itu juga memperkenalkan kepada masyarakat pentingnya budaya membaca. Membaca bisa mengurangi kenakalan remaja dan kurangi penggunaan gawai serta menangkal hoaks,” kata Roro.
Menurut dia, anak-anak muda yang suka membaca akan memiliki wawasan yang luas dan cara berpikir tidak sempit. ”Biasanya anak-anak yang suka ke perpustakaan tidak hanya mau selesai sekolah sampai SMP saja. Mereka ingin meneruskan belajar sampai SMA, bahkan kuliah,” kata Roro, yang berharap kegiatan ini bisa rutin diadakan setahun sekali.