KERINCI, KOMPAS— Kerusakan ekosistem Danau Kerinci perlu segera diatasi lewat pembatasan keramba dan pengaturan alat tangkap bagi nelayan. Eksploitasi berlebih bakal semakin menghancurkan daya dukung lingkungan dan berdampak pada hilangnya ikan dalam danau.
”Jangan sampai (nelayan) ingin menambah penghasilan, tetapi malah ikannya mati semua. Pak Bupati (Kerinci) harus atur seberapa kuat daya dukung danau. Kalau sudah limit, ya, sudah,” ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, di Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci, Jambi, Senin (11/2/2019).
Bencana kematian ikan akibat pemanfaatan keramba apung yang berlebih, dikatakan Susi, sudah terjadi di sejumlah danau besar, seperti Toba, Maninjau, dan Singkarak. Karena itu, Danau Kerinci yang selama ini telah menjadi sumber pendapatan nelayan jangan sampai berubah menjadi sumber bencana.
Pemerintah daerah didesak mengatur pembatasan budidaya ikan di keramba dan penggunaan mata jaring agar tidak menjerat benih-benih ikan. Sementara masyarakat didorong memanfaatkan embung, rawa, dan lubuk sehingga budidaya tidak hanya terpusat ke Danau Kerinci.
Dalam kesempatan itu, Susi juga menebar 123.000 benih ikan lokal ke danau, seperti nilem atau kepereh, jelawat, dan semah. Tujuannya untuk meningkatkan populasi ikan lokal yang menjadi sumber tangkapan nelayan setempat.
Sebagaimana diketahui, kerusakan ekosistem Danau Kerinci telah melenyapkan sejumlah ikan endemik (Kompas, 11/2). Hasil penelitian tim dari Universitas Jambi mendapati jumlah spesies yang sebelumnya 21 spesies pada 1991, tersisa hanya 11 spesies pada 2017.
Nelayan pun kian kesulitan mendapatkan ikan karena populasinya terus menyusut. Selanjutnya mereka mengganti alat tangkap dengan memperkecil mata jaring. Namun, upaya itu justru semakin menghambat regenerasi ikan.
Harun (31), nelayan setempat, mengaku mengganti ukuran mata jaring dari 3 cm x 3 cm menjadi 1 cm x 1 cm sejak tangkapan ikan menyusut dalam 2 tahun terakhir.
Tangkapan ikan memang membaik, tetapi beberapa waktu kemudian tangkapan ikan kian sedikit. Kini, dalam sepekan ia hanya memperoleh 15-20 kilogram ikan. Padahal, dulu saat kondisi danau masih baik, hasil tangkapannya dalam sehari mencapai 30-an kilogram.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi Temawisman mengatakan, pihaknya pernah mengusulkan agar daerah membuat zona khusus di danau itu sebagai area konservasi ikan. Namun, hal itu belum ditindaklanjuti.
Bupati Kerinci Adirozal mengakui, penangkapan ikan belum diatur sehingga Danau Kerinci mulai kotor dan tak lagi menarik dipandang. Padahal, danau itu akan dijadikan salah satu tujuan utama pariwisata. Oleh karena itu, ia akan segera mengatur zonasi pemanfaatan danau, mulai dari zona produksi, pariwisata, hingga konservasi. (ITA)