SLEMAN, KOMPAS— Meski Gunung Merapi kian sering meluncurkan guguran lava dan awan panas, penambangan di sekitar wilayah gunung tersebut tetap ramai.
Para pengelola dan pekerja pertambangan pasir dan batu di sekitar Kali Gendol, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, diminta meningkatkan kewaspadaan mengingat guguran lava dan awan panas Merapi cenderung mengarah ke wilayah hulu sungai tersebut.
Pada Senin (11/2/2019) pukul 08.58, Gunung Merapi kembali mengeluarkan awan panas guguran dengan durasi 105 detik, dengan jarak luncur 400 meter ke arah hulu Kali Gendol. Ini merupakan awan panas guguran kelima yang dikeluarkan gunung api di perbatasan DI Yogyakarta dan Jawa Tengah itu sejak 29 Januari 2019.
”Awan panas itu, kan, melalui hulu Kali Gendol. Siapa pun yang beraktivitas di dekat alur Kali Gendol, termasuk para petambang, harus meningkatkan kewaspadaan,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Makwan, Senin.
Kali Gendol merupakan salah satu sungai yang berhulu di lereng Merapi. Selama beberapa waktu terakhir, guguran lava dan awan panas dari Merapi cenderung mengarah ke wilayah hulu Kali Gendol. Kondisi ini terjadi karena ada bukaan kawah di sisi tenggara puncak Merapi yang menuju ke hulu sungai tersebut.
Makwan memaparkan, para pengelola pertambangan di sekitar Kali Gendol harus terus memantau informasi terkini mengenai kondisi Gunung Merapi.
Pemantauan bisa dilakukan dengan mengikuti perkembangan terkini Merapi yang disampaikan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melalui kanal media sosial.
Selain itu, pemantauan juga bisa dilakukan dengan mengamati secara visual kondisi Merapi. Di sisi lain, warga dan wisatawan yang beraktivitas di lereng Merapi juga diminta mewaspadai kemungkinan turunnya hujan abu vulkanik akibat guguran lava atau awan panas guguran. Untuk menghindari bahaya abu vulkanik, warga diminta menyiapkan masker dan kacamata.
Kepala Desa Kepuharjo Heri Suprapto mengatakan, penambangan pasir dan batu di desanya masih berlangsung. Sedikitnya ada empat lokasi pertambangan pasir dan batu di Kepuharjo yang berada di aliran Kali Gendol.
Semua lokasi pertambangan itu berjarak lebih dari 5 kilometer dari puncak Merapi atau berada di luar zona bahaya yang ditetapkan BPPTKG, yakni radius 3 km dari puncak.
Penambangan juga tetap ramai di sisi barat laut Merapi, terutama di Desa Kemiren, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Yusuf Herlambang, Kepala Desa Kemiren, mengatakan, setiap hari jumlah truk pasir yang melintasi Kemiren bisa mencapai 1.000 truk. Aktivitas itu berlangsung 24 jam. Truk-truk tersebut melewati jalan-jalan utama desa, yang juga menjadi jalur evakuasi.
Gunung Karangetang
Gunung Karangetang di Pulau Siau, Sulawesi Utara, masih berpotensi mengeluarkan guguran awan panas. Masyarakat diminta waspada dan menjauh dari aliran guguran lava mengingat ada penumpukan material di jalur guguran lava dari puncak gunung.
Sepanjang hari kemarin, Karangetang masih mengeluarkan guguran lava dari puncak kawah dua di sebelah utara menuju sungai di kawasan Siau Barat Utara di Kali Malebuhe dan Kali Batuare.
Petugas pengamat Gunung Api Karangetang, Yudi Tatipang, mengatakan, ada potensi keluarnya awan panas hingga 1.000 derajat celsius. ”Berdasarkan pengamatan kami terdapat penumpukan material di beberapa titik, mudah-mudahan tidak terjadi awan panas,” katanya.
Tim SAR Manado pun mengerahkan sejumlah perahu dan kapal untuk mengangkut logistik ke wilayah terdampak. (HRS/EGI/ZAL)