Perkembangan ekonomi digital membuka kesempatan bagi santri menjadi wirausaha baru. Untuk mendukung hal itu, pemerintah bekerjasama dengan Bukalapak memberikan bimbingan teknis tentang pemasaran digital untuk santri.
Oleh
VINA OKTAVIA
·2 menit baca
KALIANDA, KOMPAS — Perkembangan ekonomi digital membuka kesempatan bagi santri menjadi wirausaha baru. Untuk mendukung hal itu, pemerintah bekerja sama dengan Bukalapak memberikan bimbingan teknis tentang pemasaran digital untuk santri.
Pesantren yang menjadi tempat percontohan adalah Pondok Pesantren Ushuluddin di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Saat ini, pesantren itu memiliki 25 unit usaha, antara lain konfeksi, pembuatan detergen dan sabun, serta ternak lele.
”Program ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 2013. Dari evaluasi kami, perkembangan program berjalan baik sehingga jumlah pesantren yang difasilitasi terus ditambah,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih di sela-sela acara pencanangan Program Penumbuhan Wirausaha di Pondok Pesantren Ushuluddin, Kamis (14/2/2019), di Lampung Selatan.
Sepanjang 2013-2018, Kementerian Perindustrian telah membina 22 pesantren dengan 3.000 santri untuk pengembangan wirausaha. Tahun ini, pemerintah menargetkan ada 30 pesantren bakal mendapat program serupa. Ditargetkan, ada 5.000 wirausaha baru yang muncul dari kalangan santri.
Dia menilai, santri yang ditempa di pesantren memiliki mental wirausaha yang baik. Selain tekun dan tidak mudah putus asa, semangat belajar santri untuk berwirausaha juga tinggi. Ini menjadi modal kuat untuk menjadi wirausaha.
Potensi pasar
Dia menambahkan, potensi pasar ekonomi digital di Indonesia sangat besar. Tahun 2018 tercatat ada 24,7 juta pengguna e-commerce atau berbelanja secara daring dengan nilai transaksi mencapai Rp 144 triliun.
Pasar ekonomi digital juga diperkirakan akan semakin tumbuh karena jumlah pengguna internet yang besar. Tahun 2017 terdapat 143,26 juta pengguna internet atau setara dengan 54,68 persen populasi penduduk Indonesia.
Selain kualitas produk, kemasan dan merek juga menjadi poin penting yang perlu diperhatikan. Untuk itu, pemerintah memberikan bantuan desain kemasan dan pendaftaran merek bagi wirausaha baru.
Kepala Dinas Perindustrian Lampung Mulyadi Irsan mengungkapkan, selama ini sektor industri menopang sekitar 18 persen bagi pertumbuhan ekonomi Lampung. Dia berharap pengembangan wirausaha dan industri bisa lebih besar sehingga dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah.
Di Lampung ada sekitar 16.000 industri kecil menengah (IKM). Sebanyak 3.000 IKM telah mendapat pembinaan, antara lain tentang pemasaran digital, dari pemerintah provinsi.
Menurut pemimpin Pondok Pesantren Ushuluddin, Ahmad Rafiq Udin, pesantren itu telah memiliki 25 unit usaha yang menyerap 100 tenaga kerja. Selain itu, semua santri juga dilibatkan untuk belajar berwirausaha.
Andhika Hari Hartanto selaku Penggerak Pelapak Bukalapak menuturkan, santri akan diajari membuat akun untuk berjualan daring. Selain itu, mereka juga akan dilatih membuat konten yang menarik pembeli.